Bisnis.com, JAKARTA - Pemerintah Amerika Serikat (AS) meyakini kemungkinan serangan Iran terhadap Israel semakin besar dan dapat terjadi paling cepat pada pekan ini.
Mengutip Bloomberg pada Selasa (13/8/2024), Juru Bicara Gedung Putih, John Kirby mengatakan, AS dan sekutunya harus bersiap menghadapi serangkaian serangan yang signifikan.
"Pihak Israel yakin semakin besar kemungkinan akan terjadi serangan oleh Iran dan proksinya. Kami memiliki kekhawatiran yang sama," kata Kirby dikutip dari Bloomberg.
Implikasi konflik ini ditegaskan oleh keputusan lembaga pemeringkat Fitch Ratings yang menurunkan peringkat utang Israel satu tingkat, menjadi A dari A+, sambil tetap mempertahankan pandangan negatif dan menyebut perang yang berkelanjutan dan risiko geopolitik sebagai alasan penurunan tersebut.
Komentar Gedung Putih merupakan indikasi terkuat bahwa para pejabat memperkirakan serangan dapat terjadi kapan saja. Beberapa pihak merasa bingung hal ini tak kunjung terjadi, mengingat selama berhari-hari Iran telah mengancam akan melakukan pembalasan setelah pembunuhan pemimpin Hamas Ismail Haniyeh di Teheran.
Adapun, hingga saat ini pihak Israel belum mengakui ataupun menyangkal keterlibatannya dalam insiden pembunuhan tersebut.
Baca Juga
Sementara itu, para sekutu melakukan segala upaya untuk mencegah serangan Iran. Mereka mengkhawatirkan hal ini dapat memicu perang regional yang lebih luas.
Adapun, upaya tersebut dipusatkan pada membujuk pihak Hamas dan Israel untuk kembali ke meja perundingan terkait gencatan senjata di Gaza.
Menteri Luar Negeri AS, Antony Blinken, dijadwalkan melakukan perjalanan ke Timur Tengah pada Selasa malam, kata reporter Axios Barak Ravid dalam postingan X, mengutip sumber yang tidak disebutkan namanya. Dia dikabarkan akan melakukan perjalanan ke Qatar, Mesir dan Israel.
Adapun, Iran terakhir menyerang Israel pada April lalu dengan menembakkan ratusan rudal balistik dan drone. Hampir seluruh serangan tersebut dapat dicegat Israel sehingga korbannya terbatas.
Israel merespons dengan melakukan operasi drone terbatas, namun memilih untuk tidak meningkatkan serangan lebih jauh.
Para pejabat khawatir kali ini akan berbeda, terutama jika serangan Iran mengakibatkan banyak orang tewas atau terluka.
Dalam pernyataan bersama pada hari Senin, Presiden Joe Biden dan para pemimpin Perancis, Jerman, Italia dan Inggris mendukung upaya untuk menyelesaikan kesepakatan gencatan senjata antara Israel dan Hamas dan menjamin pembebasan sandera yang ditahan oleh Hamas.
Dalam pernyataan itu, mereka menyerukan pengiriman dan distribusi bantuan tanpa batas dan mendukung pertahanan Israel terhadap agresi Iran dan serangan kelompok teroris yang didukung Iran.
Sementara itu, Perdana Menteri Inggris Keir Starmer telah berbicara dengan Presiden Iran Masoud Pezeshkian dan meminta agar Iran menahan diri untuk tidak menyerang Israel. Juru Bicara Downing Street, Kantor Perdana Menteri Inggris menambahkan bahwa perang tidak menjadi kepentingan siapa pun.
Kolonel Gilead Shenhar, dari Israel Defense Forces bagian Homefront Command, yang bertanggung jawab atas kesiapsiagaan darurat sipil menyebut pihaknya tidak tahu kapan serangan Iran akan terjadi atau apakah serangan tersebut benar-benar akan terealisasi.
“Ada kemungkinan bahwa kita akan segera beralih dari rutinitas yang menegangkan ke fase serangan, yang kita sebut sebagai ‘nol hingga enam puluh," jelasnya kepada stasiun radio Tel Aviv 103 FM pada hari Selasa waktu setempat.
Sementara itu, Hamas, mengatakan pada Senin kemarin bahwa dua militannya membunuh seorang sandera laki-laki dan melukai dua sandera perempuan dalam insiden terpisah. Dalam pernyataannya, Hamas menyebut bahwa serangan udara Israel di Gaza memicu reaksi yang mengancam nyawa para sandera.
Sebelumnya, AS, Qatar dan Mesir telah menyerukan putaran baru perundingan pada 15 Agustus. Namun Hamas menolak usulan tersebut, dengan mengatakan bahwa diskusi harus berpusat pada implementasi rencana sebelumnya.
Di sisi lain, Israel telah setuju untuk menghadiri pembicaraan tersebut. Seorang pejabat Israel mengatakan pertemuan tersebut akan berlangsung di Doha dengan fokus pada apakah Hamas akan mengalah pada persyaratan gencatan senjata.
Sementara itu, pejabat Israel lainnya mengatakan mediator Arab akan berunding dengan Hamas setelahnya jika kelompok tersebut memboikot sidang tersebut. Israel belum menyerah pada persyaratan utamanya, kata para pejabat tersebut, yang berbicara kepada Bloomberg News dengan syarat anonimitas mengingat sensitivitas masalah ini.
Pada hari Minggu, Pentagon mengumumkan akan mengirim lebih banyak pasukan ke wilayah tersebut, termasuk USS Georgia, kapal selam yang dilengkapi dengan lebih dari 150 rudal Tomahawk.
Hal ini merupakan unjuk kekuatan yang tidak biasa mengingat AS jarang mengungkapkan pergerakan armada kapal selam bertenaga nuklirnya, dan Tomahawk telah digunakan untuk menyerang sasaran darat di wilayah tersebut di masa lalu.
Menteri Pertahanan AS, Lloyd Austin, juga memerintahkan kapal induk USS Abraham Lincoln dan kelompok penyerangnya untuk mempercepat kedatangan mereka di wilayah tersebut. Kapal tersebut membawa jet tempur F-35, yang dapat membantu menyerang sasaran dan mencegat serangan Iran.
Dalam siaran berita Italia, Menteri Luar Negeri Italia Antonio Tajani mengatakan, Penjabat Menteri Luar Negeri Iran Ali Bagheri Kani menggambarkan serangan terhadap Israel sebagai hal yang tidak dapat dihindari.
Tajani mengatakan eskalasi apa pun adalah sebuah kesalahan dan Iran harus terlebih dahulu mengevaluasi perundingan gencatan senjata.
“Tetapi menurut saya Iran berada dalam posisi yang sangat sulit,” katanya.