Bisnis.com, JAKARTA - Internal pemerintahan Israel kini sedang kacau karena munculnya dua kubu antara Perdana Menteri (PM) Benjamin Netanyahu dan Menteri Pertahanan Yoav Gallant.
Perpecahan ini disebabkan karena perbedaan pendapat atas terhentinya kesepakatan genjatan senjata di Gaza.
Pihak Gallant mengkritik kebijakan Netanyahu, yang berkaitan dengan gagalnya pembebasan para tawanan.
Menurutnya, kepentingan pribadi Netanyahu menghambat kesepakatan gencatan senjata di Gaza dan pembebasan sandera.
"Alasan mengapa kesepakatan penyanderaan terhenti adalah karena Israel itu sendiri," kata media Israel, termasuk saluran televisi Kan, yang melaporkan pernyataan Gallant dalam pengarahan pribadi untuk komite parlemen.
Sebelumnya dalam sesi Komite Urusan Luar Negeri dan Pertahanan di parlemen Israel, Gallant ditanya mengapa Israel belum memulai perang yang lebih luas dengan Lebanon.
Baca Juga
Menhan itu pun menjawab bahwa "kondisi perang di Lebanon saat ini tidak seperti kondisi pada awal perang", yang mengacu pada situasi setelah serangan yang dipimpin Hamas pada 7 Oktober dan perang Israel berikutnya di Gaza.
“Saya mendengar semua pahlawan dengan genderang perang, "kemenangan mutlak" dan omong kosong ini,” kata Gallant, dikutip dari Middle East Eye, Selasa (13/8).
Seperti yang diketahui, "Kemenangan Mutlak" atau "Absolute Victory" adalah slogan perang yang sering digunakan oleh Netanyahu dan kelompok sayap kanan Israel sebagai isyarat kehancuran total Hamas di Gaza.
Gallant sendiri mengaku tengah mendiskusikan pilihan yang dihadapi Israel antara perjanjian gencatan senjata yang dapat mengakhiri konflik di utara dengan Hezbollah Lebanon dan di Gaza.
"Saya dan lembaga pertahanan mendukung opsi pertama," katanya, dikutip dari AFP.
Netanyahu Balas Menyerang
Dipojokkan, Benjamin Netanyahu pun langsung memberikan balasan keras terhadap Menhan Gallant.
Pihak kantor Netanyahu menuduh Menhan Yoav Gallant mengadopsi “narasi anti-Israel” dalam pernyataan memberatkan yang dirilis pada hari Senin.
Gallant juga dituding telah melakukan Tindakan yang merugikan peluang mencapai kesepakatan untuk pembebasan para sandera.
“Dia seharusnya mengkritik [pemimpin Hamas Yahya] Sinwar, yang menolak mengirim delegasi untuk bernegosiasi dan tetap menjadi satu-satunya penghalang bagi kesepakatan penyanderaan,” ucap kantor Netanyahu.
Menurut pihak Netanyahu, Israel hanya memiliki satu pilihan yakni meraih kemenangan.
"Yang berarti menghilangkan kemampuan militer dan pemerintahan Hamas serta membebaskan sandera kami – dan kemenangan ini akan tercapai,” lanjut mereka.
Diketahui, Netanyahu dan Gallant dilaporkan bentrok sejak perang dimulai.
Pada bulan lalu, BChannel 12 Israel melaporkan bahwa PM melarang Gallant memimpin pertemuan dengan para pemimpin pertahanan mengenai kesepakatan gencatan senjata karena Netanyahu merasa dikesampingkan.
Gallant kemudian marah dengan tindakan tersebut, dan mengatakan bahwa tindakan tersebut mempersulit lembaga keamanan Israel untuk mempersiapkan negosiasi.