Bisnis.com, JAKARTA — Israel menolak seruan gencatan senjata dan mendapat tekanan terus-menerus untuk menghindari korban sipil selama serangannya di Gaza, pada Senin (6/11/2023).
Amerika Serikat (AS) dengan hubungan diplomatiknya berupaya mengurangi risiko meningkatnya konflik di wilayah Timur Tengah.
Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken dijadwalkan bertemu dengan Menteri Luar Negeri Turki di Ankara pada Senin, (6/11/2023).
Dia melakukan kunjungan mendadak ke Tepi Barat untuk bertemu dengan Presiden Otoritas Palestina Mahmoud Abbas, yang bergabung dengan seruan internasional untuk segera melakukan gencatan senjata pada Minggu (5/11/2023).
Blinken mengulangi kekhawatiran AS bahwa gencatan senjata dapat membantu Hamas, kemudian Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengenyampingkan hal tersebut kecuali sandera yang ditahan oleh Hamas dibebaskan.
“Tidak akan ada gencatan senjata tanpa kembalinya para sandera. Hal ini harus dihilangkan sepenuhnya dari leksikon,” kata Netanyahu dilansir Reuters, Senin (6/11/2023).
Baca Juga
Militer Israel mengatakan mereka telah mengepung Kota Gaza pada Minggu (5/11/2023). Kantor berita Palestina WAFA melaporkan adanya pemboman yang belum pernah terjadi sebelumnya dari pihak Israel, dan penyedia telekomunikasi Paltel melaporkan terputusnya layanan komunikasi dan internet.
Juru bicara militer Israel Letnan Kolonel Jonathan Conricus mengatakan bahwa pemboman di Gaza Utara dihentikan selama beberapa jam selama 2 hari berturut-turut untuk memungkinkan jalur aman bagi warga sipil untuk pindah ke Selatan jalur pantai sempit tersebut pada Minggu (5/11/2023) malam.
“Kami tidak hanya memberi tahu mereka ke mana harus pergi, namun kami juga membantu dan menciptakan kondisi kemanusiaan yang jauh lebih baik di wilayah Selatan,” katanya.