Bisnis.com, JAKARTA - Pada tanggal 22 Mei 1990, setelah 150 tahun Yaman terpecah menjadi dua yaitu Yaman Utara dan Yaman Selatan, akhirnya negara ini bisa kembali bersatu.
Dilansir dari merip.org dan jacobin.com, Rabu (22/5/2024) awal mula bersatunya kedua belah pihak disebabkan karena adanya keuntungan yang didapat.
Pada November 1918, Yaman Utara yang saat itu lahir menjadi negara baru setelah Ottoman runtuh. Sementara itu, Yaman Selatan masih menjadi bagian koloni Inggris. Dengan melihat ketidakselarasan inilah yang akhirnya menimbulkan konflik antara kedua belah pihak.
Saat itu, Yaman Selatan bersama dua partai nya yang didukung Uni Soviet melakukan pemberontakan kepada Inggris. Akhirnya, desakan ini membuat Inggris terpaksa mundur dari koloninya dan menjadikan Yaman Selatan sebagai negara baru.
Sejak meraih keberhasilannya, Yaman Selatan melakukan perubahan dengan memilih berhaluan Marxist dan menjadi satu-satunya negara yang memiliki paham komunis di Timur Tengah.
Namun, kejayaan Yaman Selatan tidak berlangsung lama. Pada Oktober 1972, negara tersebut terlibat konflik dengan Yaman Utara yang saat itu didukung oleh Arab Saudi.
Akibat perang ini dibuatlah pertemuan di Mesir pada 28 Desember 1972 dan menghasilkan keputusan yang disebut Kesepakatan Kairo. Melalui kesepakatan inilah, akhirnya membuka jalan untuk kedua negara melakukan unifikasi.
Namun, pada bulan Februari dan Maret kedua negara kembali konflik senjata. Saat itu, Yaman Selatan sudah memasuki perbatasan dan bergerak menuju kota Taizz sebelum akhirnya mundur. Ketegangan ini tidak berlangsung lama, pada akhir 1980 ditemukan minyak bumi di kawasan Ma'rib (Yaman Utara) dan Shabwah (Yaman Selatan), yang membuat kedua negara ini bisa menunjukkan itikad baiknya.
Pada November 1989, presiden Yaman Utara yaitu Ali Abdullah Saleh dan presiden Yaman Selatan Ali Salim al-Beidh sepakat untuk menerima rancangan konstitusi terkait bersatunya kembali Yaman menjadi sebuah negara.
Akhirnya pada 22 Mei 1990, Republik Yaman bersatu dan diproklamasikan dengan Ali Abdullah Saleh sebagai presiden, sedangkan Ali Salim menjabat menjadi perdana menteri. Selain itu, persatuan juga menawarkan skala ekonomi yang menguntungkan dalam berbagai bidang seperti minyak, listrik, aparat administratif, dan pariwisata. (Nur Afifah Azahra Aulia)