Bisnis.com, JAKARTA - Pemerintah Amerika Serikat (AS) memberikan pesan menimbang bertepatannya dua tahun sejak invasi skala penuh Rusia ke Ukraina pada minggu ini, dengan menyoroti meninggalnya tokoh oposisi Rusia.
Juru Bicara Departemen Luar Negeri AS Matthew Miller dalam pernyataan resmi yang dikutip Rabu (21/2/2024) menuturkan soal beberapa kebrutalan dari Rusia yang semakin terlihat di dalam maupun di luar negeri.
“Kelemahan dan kebusukan yang ada pada inti sistem yang dibangun oleh Putin tidak hanya dikonfirmasi oleh kematian Aleksey Navalny minggu lalu, tetapi juga oleh fakta bahwa akhir pekan lalu Rusia menahan hampir 400 orang hanya karena berkabung atas meninggalnya Navalny,” terangnya dalam pernyataan tersebut.
Menimbang hal tersebut, AS kemudian menuturkan bahwa pemerintah Rusia bertanggung jawab atas kematian Navalny selama di tahanan.
Adapun, tindakan yang dilakukan Rusia dinilai sebagai tindakan yang paling kejam dan brutal yang mereka lakukan di Ukraina selama dua tahun terakhir.
Kemudian, Miller kembali menegaskan dari apa yang diumumkan oleh Gedung Putih pada Selasa (20/2) bahwa pihaknya akan mengumumkan paket sanksi penting pada Jumat (23/2) untuk meminta pertanggungjawaban Rusia atas kematian Navalny di penjara.
Baca Juga
Negeri Paman Sam juga memperbarui seruannya kepada Kongres untuk meloloskan rancangan undang-undang mengenai pendanaan tambahan keamanan nasional.
Hal tersebut dinilai untuk memungkinkan Ukraina dan rakyatnya bertahan melawan invasi yang sedang berlangsung dan untuk keamanan nasional AS.
“Penting bagi Kongres untuk bertindak tanpa penundaan lebih lanjut,” terang Miller dalam pernyataannya.
Berdasarkan catatan Bisnis, Navalny dikenal sebagai tokoh oposisi sejak lebih dari 1 dekade lalu dan mengkritik pemerintahan Putin yang telah melakukan korupsi besar-besaran dengan memperkaya diri sendiri.
Kemudian Navalny juga dianggap bagi sebagian pemuda perkotaan Rusia, sebagai figur yang menawarkan alternatif kepemimpinan Moskow yang telah dipimpin Putin lebih lama dibandingkan siapapun, sejak era Josef Stalin.