Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Pabrik Mesiu di Rusia Meledak, 9 Orang Tewas

Ledakan di pabrik mesiu Ryazan, Rusia, menewaskan 9 orang dan melukai lebih dari 100 lainnya. Investigasi sedang berlangsung terkait pelanggaran keselamatan.
Annisa Sulistyo Rini,Ni Luh Anggela
Sabtu, 16 Agustus 2025 | 17:28
Bendera Rusia di sebuah kapal yang berada di St Petersburg, Rusia. / Bloomberg-Andrey Rudakov
Bendera Rusia di sebuah kapal yang berada di St Petersburg, Rusia. / Bloomberg-Andrey Rudakov
Ringkasan Berita
  • Ledakan di pabrik mesiu Elastic di Ryazan, Rusia, menewaskan sembilan orang dan melukai lebih dari 100 orang, dengan penyelidikan pidana sedang berlangsung terkait pelanggaran keselamatan industri.
  • Pabrik tersebut baru dibuka kembali tahun lalu setelah dinyatakan bangkrut, dan insiden ini terjadi di tengah peningkatan produksi militer Rusia sejak invasi ke Ukraina pada 2022.
  • Insiden ini bertepatan dengan pertemuan antara Presiden Rusia Vladimir Putin dan Presiden AS Donald Trump, yang menyatakan telah mencapai beberapa kemajuan dalam isu-isu bilateral tanpa memberikan rincian spesifik.

* Ringkasan ini dibantu dengan menggunakan AI

Bisnis.com, JAKARTA - Setidaknya sembilan orang tewas dan lebih dari 100 orang terluka dalam ledakan di pabrik mesiu yang berada di Ryazan, bagian tengah Rusia.

Melansir Bloomberg, Sabtu (16/8/2025), ledakan tersebut menyebabkan kobaran api yang menghanguskan workshop mesiu di pabrik Elastic pada Jumat, (15/8/2025), menurut laporan RIA Novosti, mengutip otoritas setempat. 

Kementerian Darurat mengerahkan sekitar 350 tim penyelamat ke lokasi kejadian. Sembilan dari 129 korban dipastikan tewas, menurut pernyataan terpisah dari kementerian.

Komite Investigasi Rusia telah membuka kasus pidana atas insiden tersebut dan sedang menyelidiki apakah terdapat pelanggaran persyaratan keselamatan industri, katanya. Media lokal melaporkan bahwa bangunan tersebut hancur dalam ledakan tersebut.

Pabrik militer milik negara tersebut dibuka kembali tahun lalu sebagai perusahaan baru setelah dinyatakan bangkrut, menurut media Rusia Gazeta.ru. 

Rusia telah memperluas produksi militer sejak melancarkan invasi skala penuh ke Ukraina pada tahun 2022, dengan perang yang kini memasuki tahun keempat.

Insiden tersebut bertepatan dengan perjalanan Presiden Vladimir Putin ke Alaska untuk pertemuan puncak pertamanya dengan Presiden AS Donald Trump sejak pemimpin Amerika tersebut memulai masa jabatan barunya awal tahun ini.

Hasil Pertemuan

Kedua pemimpin negara dalam sambutan singkat di hadapan media menyampaikan bahwa keduanya telah mencapai kemajuan dalam isu-isu yang tidak disebutkan secara spesifik.

“Ada banyak sekali poin yang kami sepakati. Saya rasa ada beberapa poin penting yang belum sepenuhnya kami capai, tetapi kami telah membuat beberapa kemajuan,” kata Trump, melansir Reuters, Sabtu (16/8/2025).

“Tidak ada kesepakatan sampai ada kesepakatan,” sambung Trump.

Baik Trump maupun Putin, tidak memberikan detail dan tidak menjawab pertanyaan apapun. Bahkan, Trump yang biasanya banyak bicara mengabaikan pertanyaan-pertanyaan yang dilontarkan para wartawan.

Dalam laporan Reuters, pembicaraan tersebut awalnya tampak tidak menghasilkan langkah berarti menuju gencatan senjata dalam konflik paling mematikan di Eropa dalam 80 tahun, atau menuju pertemuan berikutnya antara Putin dan Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskiy, kedua tujuan yang telah ditetapkan Trump menjelang pertemuan puncak tersebut.

Putin mengharapkan, Ukraina dan sekutu-sekutunya di Eropa menerima hasil negosiasi AS-Rusia secara konstruktif dan tidak mencoba mengganggu kemajuan yang telah dicapai.

“Saya berharap perjanjian hari ini akan menjadi titik acuan, tidak hanya untuk menyelesaikan masalah Ukraina, tetapi juga akan memulai pemulihan hubungan bisnis dan pragmatis antara Rusia dan Amerika Serikat,” ujar Putin.

Namun, Putin menegaskan bahwa apa yang diklaim Rusia sebagai ‘akar penyebab’ konflik harus dihilangkan guna mencapai perdamaian jangka panjang, sebuah tanda bahwa dia tetap menolak gencatan senjata.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Sumber : Bloomberg, Reuters
Bisnis Indonesia Premium.

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Bisnis Indonesia Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro