Bisnis.com, JAKARTA - Amerika Serikat (AS) mendesak China untuk menghentikan tindakan berbahaya dan mengganggu stabilitas di Laut China Selatan.
Kapal Filipina dan kapal Penjaga Pantai China bertabrakan di dekat terumbu karang yang diperebutkan. Kedua negara saling menyalahkan setelah insiden terbaru itu.
Tabrakan itu terjadi selama misi pasokan Filipina ke garnisun kecil di Second Thomas Shoal di Kepulauan Spratly, yang merupakan titik konflik bagi Filipina dan China terjadi sehari setelah insiden lain di dekat Scarborough Shoal.
Juru Bicara Departemen Luar Negeri AS Matthew Miller mengatakan bahwa kapal-kapal China menggunakan meriam air dan manuver termasuk tabrakan, menyebabkan kerusakan pada kapal-kapal Filipina yang melakukan misi pasokan resmi ke lokasi-lokasi tersebut, dan membahayakan keselamatan awak kapal Filipina.
"Kapal-kapal di Scarborough Shoal melumpuhkan awak kapal Filipina, dan mengusir kapal penangkap ikan Filipina. Tindakan ini tidak hanya mencerminkan pengabaian terhadap keselamatan dan penghidupan warga Filipina, tetapi juga terhadap hukum internasional,” katanya, dilansir CNA, Senin (11/12/2023).
Ketegangan yang sudah berlangsung lama antara Filipina dan China terkait perairan ini telah berkobar dalam beberapa bulan terakhir menyusul sejumlah insiden yang melibatkan kapal Filipina dan China, termasuk dua tabrakan sebelumnya.
Baca Juga
China mengklaim hampir seluruh wilayah Laut China Selatan, termasuk perairan dan pulau-pulau di dekat pantai negara tetangganya, dan mengabaikan keputusan pengadilan internasional yang menyatakan klaim China tidak memiliki dasar hukum.
Negara ini mengerahkan perahu untuk berpatroli di laut tersebut, dan telah membangun pulau-pulau buatan yang telah dimiliterisasi untuk memperkuat klaimnya.
Miller mengatakan keputusan pengadilan pada 2016 bersifat final dan mengikat secara hukum bagi China dan Filipina.
AS menyerukan kepada China untuk mematuhi keputusan tersebut dan menghentikan tindakannya yang berbahaya dan mengganggu stabilitas.
“Amerika Serikat mendukung sekutu Filipina kami dalam menghadapi tindakan berbahaya dan melanggar hukum ini,” katanya.
Dia menambahkan bahwa perjanjian pertahanan bersama antara AS dan Filipina meluas hingga serangan bersenjata terhadap angkatan bersenjata, kapal umum, atau pesawat terbang Filipina termasuk orang-orang dari penjaga pantainya di manapun di Laut China Selatan.
Filipina mengatakan salah satu kapalnya ditabrak oleh China, namun penjaga pantai China menuduh kapal Filipina sengaja bertabrakan dengan kapal China setelah mengabaikan berbagai peringatan keras.
Hubungan antara Filipina dan China memburuk di bawah pemerintahan Presiden Ferdinand Marcos, yang berupaya meningkatkan hubungan dengan sekutu tradisionalnya, Washington, dan melawan tindakan China di Laut China Selatan.