Bisnis.com, JAKARTA - Pasukan Israel melanjutkan serangan intens yang menargetkan militan Palestina di Gaza pada Senin (6/11/2023) ketika perang hampir satu bulan dan jumlah korban tewas di kementerian kesehatan yang dikelola Hamas mendekati 10.000 orang di wilayah yang terkepung.
Bertekad untuk menghancurkan Hamas yang serangannya pada 7 Oktober menyebabkan 1.400 orang tewas di Israel dan menyebabkan lebih dari 240 sandera, Perdana Menteri Benjamin Netanyahu telah berjanji tidak akan berhenti meskipun ada seruan internasional untuk melakukan gencatan senjata.
Melansir CNA, Selasa (7/11/2023), pasukan darat telah membanjiri bagian Utara Jalur Gaza dan memperketat pengepungan Kota Gaza bahkan ketika ratusan ribu warga sipil masih tetap berada di sana meskipun ada perintah evakuasi dari Israel.
Kementerian Kesehatan Gaza yang dikelola Hamas mengatakan pada hari Senin (6/11/2023) bahwa lebih dari 200 orang tewas dalam “pembantaian semalam” – sehari setelah melaporkan total korban tewas lebih dari 9.770, sebagian besar perempuan dan anak-anak.
Sekutu Israel, Amerika Serikat (AS), telah mengirim diplomat utamanya Antony Blinken dalam tur Timur Tengah yang ditandai dengan kecaman keras terhadap Israel, termasuk kunjungan terakhirnya ke Turki.
Para kepala badan-badan utama PBB mengeluarkan pernyataan bersama yang menyerukan gencatan senjata di wilayah berpenduduk 2,4 juta orang, dan pengepungan Israel telah memutus sebagian besar pasokan air, makanan, dan bahan bakar.
Baca Juga
“Selama hampir sebulan, dunia menyaksikan situasi yang terjadi di Israel dan Wilayah Pendudukan Palestina dalam keterkejutan dan kengerian atas meningkatnya jumlah nyawa yang hilang dan terkoyak,” kata pernyataan yang dirilis Minggu (5/11/2023).
Kita memerlukan gencatan senjata kemanusiaan segera. Sudah 30 hari berlalu. Cukup sudah. Ini harus dihentikan sekarang."
Serangan Baru
Tentara Israel hari Senin (6/11/2023) mengatakan pihaknya telah menggempur Gaza dengan serangan baru yang “signifikan”, setelah sebelumnya mengatakan bahwa mereka telah mencapai lebih dari 12.000 sasaran.
“Kami akan melakukan perlawanan terhadap Hamas dimanapun mereka berada – di bawah tanah, di atas tanah,” kata juru bicara militer Israel Jonathan Conricus, mengulangi seruan kepada warga sipil untuk meninggalkan zona perang perkotaan.
Kami akan mampu membongkar Hamas, benteng demi benteng, batalion demi batalion, sampai kami mencapai tujuan akhir, yaitu membersihkan Jalur Gaza – seluruh Jalur Gaza – dari Hamas, lanjutnya.
Kementerian kesehatan yang dikelola Hamas mengatakan pada hari Minggu (5/11/2023), bahwa 45 orang tewas dalam serangan Israel di sebuah kamp pengungsi di Gaza tengah, membuat orang-orang mencari di antara reruntuhan.
“Apakah ada yang selamat?” teriak Said al-Najma, sambil mencoba menggeser balok-balok beton yang berserakan di jalan di kamp tersebut.
Mereka menyerang perempuan dan anak-anak di seluruh jalan tanpa pemberitahuan apa pun, ujarnya.
Pasukan Israel dan pejuang Hamas terlibat dalam pertempuran dari rumah ke rumah di Gaza yang padat penduduknya. Perang telah menyebabkan 1,5 juta orang melarikan diri ke wilayah lain di wilayah tersebut.
Netanyahu tetap teguh pada pendiriannya, dan bersumpah pada hari Minggu (5/11/2023) bahwa “tidak akan ada gencatan senjata sampai para sandera dikembalikan”.
Sesaat sebelum rentetan serangan terakhir, saluran internet dan telepon diputus.
Israel telah membagikan selebaran dan mengirim pesan teks yang memerintahkan warga sipil Palestina di Gaza utara untuk menuju ke Selatan, namun seorang pejabat AS mengatakan pada hari Sabtu (4/11/2023), bahwa setidaknya 350.000 warga sipil masih berada di daerah yang paling parah terkena dampaknya.
Conricus menuduh Hamas membangun terowongan di bawah rumah sakit, sekolah dan tempat ibadah di Gaza untuk menyembunyikan pejuang, merencanakan serangan dan menyimpan amunisi – tuduhan yang dibantah oleh kelompok militan tersebut.