Bisnis.com, JAKARTA - Kremlin telah menolak seruan Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) Antonio Guterres agar Moskow bergabung kembali dengan kesepakatan biji-bijian Laut Hitam.
Melansir Aljazeera, Guterres sebelumnya mendesak Rusia untuk kembali dalam kesepakatan ekspor biji-bijian Ukraina ke Laut Hitam.
Dia telah menulis surat kepada Presiden Rusia Vladimir Putin sebagai upaya terakhir untuk menyelamatkan kesepakatan biji-bijian tersebut, pada 11 Juli lalu.
Selain itu, dia juga mengusulkan kepada Rusia memperpanjang kesepakatan dengan batas harian 4 kapal bepergian ke Ukraina dan 4 kapal berangkat, sebagai imbalan untuk menghubungkan anak perusahaan Bank Pertanian Rusia Rosselkhozbank ke sistem pembayaran global SWIFT.
Permintaan utama Moskow telah menghubungkan kembali Rosselkhozbank ke SWIFT, dan Uni Eropa menghentikannya pada Juni 2022.
"Saya meminta Federasi Rusia untuk kembali menerapkan Prakarsa Laut Hitam, sejalan dengan proposal terbaru saya. Saya mendesak komunitas global untuk bersatu demi solusi efektif dalam upaya penting ini," ucapnya, seperti dilansir dari CNA, pada Selasa (26/7/2023).
Baca Juga
Sementara itu, meski Rusia menolak kembali dalam kesepakatan, Komisaris Pertanian Uni Eropa (UE) Janusz Wojciechowski menyatakan bahwa UE siap mengekspor barang pertanian Ukraina melalui jalur solidaritas.
Jalur solidaritas adalah hubungan transportasi kereta api dan jalan raya melalui negara-negara anggota UE yang berbatasan dengan Ukraina.
“Ini bukan pertama kalinya Rusia menggunakan makanan sebagai senjata, situasinya mirip dengan awal perang. Kami siap mengekspor hampir semuanya. Ini adalah sekitar 4 juta ton biji minyak dan biji-bijian per bulan dan kami mencapai volume ini pada bulan November tahun lalu,” tambahnya.
Akan tetapi memperluas transit biji-bijian melalui UE, sensitif untuk Polandia dan beberapa negara Eropa timur lainnya, di mana petani lokal mendapat tekanan dari peningkatan impor Ukraina.