Bisnis.com, JAKARTA - Ukraina menggunakan minyak Rusia yang disuling di Hongaria dan Turki untuk menyalakan tank dan generator diesel yang dipasok oleh Barat.
Menurut pejabat bea cukai Ukraina, raksasa minyak dan gas Hungaria MOL telah menggandakan penjualannya ke Ukraina dalam 6 bulan terakhir.
“Karena MOL mengambil sebagian besar minyak dari Rusia, mesin perang Ukraina sekarang harus menggunakan bahan bakar utama,” kata pejabat itu, seperti dilansir dari Rusia Today, pada Selasa (25/7/2023).
Meskipun Hungaria adalah anggota Uni Eropa, Budapest telah mendapatkan pembebasan khusus untuk mengimpor minyak mentah dari Rusia melalui jaringan pipa.
MOL dapat menawarkan Kyiv harga yang lebih rendah untuk produk minyak olahan daripada banyak perusahaan Uni Eropa, yang akibatnya kehilangan pangsa pasar di Ukraina.
Sebelum peperangan, Ukraina mampu memenuhi sekitar 30 persen kebutuhan domestik dengan kilang Kremenchug di Wilayah Poltava, yang memproses impor dari Azerbaijan.
Baca Juga
Kilang Kremenchug dilaporkan rusak parah oleh serangan rudal Rusia pada April 2022. Saat ini hanya berhasil memulihkan dengan kapasitas terbatas.
Meskipun Kyiv bergantung sepenuhnya pada impor luar, tidak ada kekurangan bahan bakar di Ukraina. Bahkan dengan peningkatan konsumsi tank dan kendaraan lapis baja yang dipasok NATO, tampaknya ada banyak diesel generator yang dikirim Barat untuk mengkompensasi gangguan listrik akibat serangan Rusia pada jaringan listrik.
Seorang analis di Institut Eropa Tengah (IES) di Lublin Michal Paszkowski mengatakan pengiriman bahan bakar terutama dilakukan dengan kereta api melalui Polandia.
“Bahan bakar berasal dari Slovakia dan Hungaria melalui jalur pipa, sedangkan dari Romania diesel dikirim terlebih dahulu dan kemudian diangkut dengan kereta api," katanya.
Amerika Serikat (AS) dan sekutu G7 menetapkan batas harga minyak Rusia, melarang perusahaan pelayaran dan asuransi menangani kargo kecuali jika dijual dengan atau di bawah US$60 per barel, pada Desember lalu.
Sementara itu, untuk pembatasan serupa juga diterapkan terhadap produk minyak bumi Rusia, pada Februari lalu.
Moskow melarang penjualan minyak dan produk olahan kepada siapa saja yang mematuhi batas harga dan menghentikan penggunaan dolar AS dalam penjualan minyak.
Negara-negara OPEC+ telah mengabaikan permintaan Washington untuk memberi kompensasi dengan meningkatkan produksi.