Bisnis.com, JAKARTA – Ketua Badan Anggaran (Banggar) DPR RI sekaligus Ketua DPP PDI Perjuangan (PDIP) Said Abdullah, mengungkapkan pengertian "cawe-cawe" yang kerap diungkapkan Presiden Joko Widodo alias Jokowi terkait Pemilihan Umum atau Pemilu 2024.
Menurut Said, "cawe-cawe" yang diutarakan Jokowi beberapa waktu lalu berada dalam kapasitasnya sebagai negarawan, yang menginginkan Indonesia tetap bersatu di tengah memanasnya tensi politik jelang Pemilu 2024.
Said memastikan pelaksanaan pemilu tahun depan akan berjalan tertib dan demokratis. Dia juga menilai pemilu 2024 dapat menjadi momentum bagi pemerintah untuk membalikkan tudingan pihak lain, yang menyebut demokrasi Indonesia semakin turun di era kepemimpinan Jokowi.
“Penegasan 'cawe-cawe' dalam pemilu 2024 oleh Presiden Jokowi adalah cawe-cawe sebagai negarawan. yang tidak ingin karena pemilu terjadi segregasi sosial, yang tajam, yang rentan mengoyak persatuan nasional kita,” ujarnya dalam rapat panja, Selasa (13/6/2023).
Istilah "cawe-cawe" mengemuka ketika Jokowi mengatakan hal itu di depan pemimpin redaksi sejumlah media massa dan content creator di Istana Negara, pada 29 Mei 2023.
Kepala Negara menyatakan dirinya akan dan harus "cawe-cawe" untuk kepentingan nasional dan kepentingan negara di tengah dinamika politik jelang Pemilu 2024.
Baca Juga
“Saya enggak akan netral. Untuk negara ini, saya perlu 'cawe-cawe',” tutur Jokowi
Dia pun kembali menegakan pilihannya untuk tetap cawe-cawe pada Pemilu 2024 menghadiri Rapat Kerja Nasional (Rakernas) III Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) di Sekolah Partai, Jakarta Selatan, pada 6 Juni lalu.
Presiden mengaku bahwa sikapnya tersebut bertujuan untuk menjaga kepentingan nasional dan negara di tengah masa peralihan kepemimpinan. Menurut Jokowi, aksinya tersebut juga merupakan kewajiban moral dari pemimpin negara.
“'Cawe-cawe' saya sudah sampaikan, bahwa sudah menjadi kewajiban moral dan menjadi tanggung jawab moral bagi saya sebagai Presiden dalam masa transisi kepemimpinan nasional pada 2024,” ujarnya.