Bisnis.com, JAKARTA - Iran menutup titik utama perbatasan negaranya dengan Pakistan di tengah kerusuhan dan tindakan keras terhadap pengunjuk rasa di Zahedan, sebuah kota Iran tenggara dekat perbatasan.
Kekerasan pecah di ibu kota provinsi Sistan dan Balochistan Iran selama salat Jumat, setelah jamaah di Masjid Makki di kota itu menyerukan protes atas pemerkosaan seorang gadis berusia 15 tahun, yang diduga dilakukan oleh seorang komandan militer setempat.
Kepala intelijen tingkat provinsi Korps Pengawal Revolusi Islam, Ali Mousavi ditembak dalam bentrokan pada hari Jumat dan dinyatakan meninggal di sebuah rumah sakit.
Pembunuhan itu diklaim oleh kelompok militan Jaish Al-Adl, yang mengatakan mereka berjuang untuk kemerdekaan Sistan dan Balochistan. Mereka juga memperjuangkan hak yang lebih besar untuk orang Baloch, yang merupakan kelompok etnis utama di provinsi tersebut.
Seorang pejabat Badan Investigasi Federal Pakistan mengatakan kepada Arab News bahwa penyeberangan perbatasan di Taftan, sekitar 90 km dari Zahedan ditutup oleh otoritas Iran.
“Mereka tidak mengizinkan keberangkatan dari Pakistan ke Iran,” katanya tanpa menyebut nama seperti dikutip ArabNews.com Senin (3/10/2022).
Baca Juga
Adapun, pada Sabtu lalu, Iran masih mengizinkan 780 orang, termasuk orang asing yang ingin menyeberang ke Pakistan, tetapi kemarin mereka sepenuhnya menghentikan semua jenis perdagangan dan pergerakan pejalan kaki.
Sardarzada Umair Muhammad Hassani, mantan penasihat kepala menteri provinsi Balochistan Pakistan, mengatakan bahwa penutupan perbatasan akan memengaruhi Iran sendiri karena pasokan makanan melewati Pakistan.
“Keputusan penutupan perbatasan oleh pasukan Iran tidak adil demi kepentingan Iran yang lebih baik,” katanya.
Kebrutalan baru-baru ini terhadap orang-orang Zahedan oleh pasukan Iran telah melukai sentimen dan emosi Baloch.
Rekaman yang muncul dari kota menunjukkan orang-orang membawa pengunjuk rasa yang tewas dan terluka di tengah tembakan senjata berat.
Pemerintah Sistan dan Balochistan mengatakan 19 orang tewas dalam bentrokan tersebut, namun wartawan di provinsi tersebut dan aktivis memperkirakan jumlah korban tewas sedikitnya 50 orang karena bentrokan berlanjut.
“Menurut media lokal di Zahedan, jumlah korban tewas telah meningkat menjadi 50 orang karena mayoritas yang terluka yang ditembak oleh pasukan Iran dirawat di rumah mereka, bukan rumah sakit karena takut ditangkap oleh pasukan Iran,” ujar Asif Burhanzai, seorang jurnalis.
Aktivis Baloch mengatakan sedikitnya 58 orang tewas dan 270 lainnya terluka.
Sementara itu, layanan komunikasi terputus di Zahedan dan sekitarnya selama akhir pekan. Pada hari Minggu, sebagian jaringan seluler dipulihkan, tetapi akses ke internet tetap diblokir.
Kantor Berita Mehr Iran melaporkan pada hari Minggu bahwa jumlah personel dari IRGC dan pasukan sukarelawan Basiji yang tewas di Zahedan telah meningkat menjadi lima orang.