Bisnis.com, JAKARTA - Hari ini, 27 Juli 1996 lalu, terjadi kerusuhan yang kemudian sering disebut peristiwa Kudatuli atau Peristiwa Sabtu Kelabu.
Peristiwa itu, mengutip wikipedia adalah adalah peristiwa pengambilalihan secara paksa kantor DPP Partai Demokrasi Indonesia (PDI) di Jalan Diponegoro 58 Jakarta Pusat yang saat itu dikuasai pendukung Megawati Soekarnoputri.
Peristiwa ini meluas menjadi kerusuhan di beberapa wilayah di Jakarta, khususnya di kawasan Jalan Diponegoro, Salemba, Kramat. Beberapa kendaraan dan gedung terbakar.
Pemerintah saat itu menuduh aktivis PRD sebagai penggerak kerusuhan. Pemerintah Orde Baru kemudian memburu dan menjebloskan para aktivis ke penjara.
Kudatuli. Akronim dari Kerusuhan 27 Juli. Pertama kali dimuat di Tabloid Swadesi dan kemudian luas digunakan oleh berbagai media massa. Mayjen TNI (Purn.) Prof. Dr. Soehardiman, SE juga pernah menggunakannya dalam bukunya.
Dikutip dari unkis.ac.id, hasil penyelidikan Komisi Nasional Hak Asasi Manusia: 5 orang berpulang, 149 orang (sipil maupun aparat) luka-luka, 136 orang ditahan. Komnas HAM juga menyimpulkan telah terjadi sejumlah pelanggaran hak asasi manusia.
Baca Juga
Kejadian 27 Juli dituangkan dalam sejumlah buku dan sejumlah penelitian.Yang pertama yakni Benny S Butarbutar, yang menulis buku Soeyono Bukan Puntung Rokok (2003)
Buku lain yang muncul adalah Membongkar Misteri Sabtu Kelabu 27 Juli 1996 dengan editor Darmanto Jatman (2001). Tim peneliti Lembaga Ilmu Ilmu Indonesia juga membukukan hasil penelitian mengenai Militer dan Politik Kekerasan Orde Baru-Soeharto di Belakang Kejadian 27 Juli? (2001).