Bisnis.com, JAKARTA--Pembicaraan untuk menghidupkan kembali Kesepakatan Nuklir Iran 2015 dengan kekuatan dunia terperosok dalam ketidakpastian menyusul tuntutan Rusia atas jaminan AS bahwa sanksi yang dihadapinya atas konflik Ukraina tidak akan merugikan perdagangannya dengan Teheran.
Moskow melemparkan tuntutan itu setelah berbulan-bulan pembicaraan tidak langsung antara Teheran dan Washington di Wina mukai menuju kesepakatan. Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov mengatakan sanksi Barat atas Ukraina telah menjadi batu sandungan bagi kesepakatan nuklir.
Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken berusaha untuk menghilangkan pembicaraan tentang hambatan tersebut pada hari Minggu ketika dia mengatakan bahwa sanksi yang dijatuhkan pada Rusia atas Ukraina tidak ada hubungannya dengan potensi kesepakatan nuklir dengan Iran.
"Hal ini benar-benar berbeda dan sama sekali tidak saling terkait. Jadi saya pikir itu tidak relevan," kata Blinken seperti dikutip ChannelNewsAsia.com, Senin (7/3/2022) dalam sebuah wawancara dengan acara CBS's Face the Nation.
Dia menambahkan bahwa prospek kesepakatan dengan Iran sudah membaik, namun memperingatkan bahwa beberapa masalah tersisa yang sangat9 menantang belum terselesaikan.
Akan tetapi, seorang pejabat senior Iran mengatakan sebelumnya bahwa Teheran sedang menunggu klarifikasi dari Moskow tentang komentar dari Lavrov, yang mengatakan bahwa Rusia menginginkan jaminan tertulis AS bahwa perdagangan, investasi, dan kerja sama militer-teknis Rusia dengan Iran tidak akan dihalangi dengan cara apa pun terkait sanksi.
Baca Juga
"Penting untuk memahami dengan jelas apa yang diinginkan Moskow. Jika apa yang mereka tuntut terkait dengan kesepakatan Rencana Komprehensif Bersama (JCPOA), tidak akan sulit untuk menemukan solusi untuk itu," kata pejabat Iran itu, merujuk pada kesepakatan nuklir 2015.
"Tapi itu akan menjadi rumit, jika jaminan yang diminta Moskow, berada di luar JCPOA," katanya.
Diplomat Inggris, Prancis dan Jerman yang telah terbang pulang sebelum komentar Lavrov kepada para pejabat tentang pembicaraan nuklir belum mengindikasikan kapan mereka akan kembali ke Wina.
Henry Rome, analis Iran di konsultan Eurasia group, mengatakan bahwa menghidupkan kembali pakta nuklir tanpa Rusia itu "rumit tapi mungkin bisa dilakukan, setidaknya dalam waktu dekat".