Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Perjanjian AUKUS Resmi Berlaku, China dan Prancis Protes

Di bawah kesepakatan AUKUS, Australia akan memperoleh delapan kapal selam bertenaga nuklir canggih yang mampu melakukan misi jarak jauh secara diam-diam.
Perdana Menteri Australia Scott Morrison (kedua kiri) bersama keluarganya./Reuters-David Gray
Perdana Menteri Australia Scott Morrison (kedua kiri) bersama keluarganya./Reuters-David Gray

Bisnis.com, JAKARTA - Australia hari ini memulai program untuk melengkapi angkatan lautnya dengan kapal selam bertenaga nuklir dalam aliansi pertahanan baru dengan Inggris dan Amerika Serikat yang sebelumnya diprotes Prancis.

Menteri Pertahanan Peter Dutton bergabung dengan diplomat AS dan Australia menandatangani perjanjian yang memungkinkan pertukaran informasi tenaga nuklir angkatan laut yang sensitif antara negara mereka sebagaimana dikutip ChannelNewsAsia.com, Senin (22/11).

Ini adalah perjanjian pertama tentang teknologi yang ditandatangani secara publik sejak ketiga negara tersebut mengumumkan aliansi pertahanan AUKUS pada bulan September. Tujuannya untuk menghadapi ketegangan strategis di Pasifik di mana persaingan China-AS terus berkembang.

"Perjanjian itu akan memungkinkan kerja sama, yang selanjutnya akan meningkatkan postur pertahanan bersama kami," kata Presiden AS Joe Biden dalam sebuah pernyataan pada Jumat (19/11) menjelang upacara penandatanganan bersama Dutton di Canberra serta Kuasa Usaha AS Michael Goldman dan Komisaris Tinggi Inggris Victoria Treadell.

Di bawah kesepakatan AUKUS, Australia akan memperoleh delapan kapal selam bertenaga nuklir canggih yang mampu melakukan misi jarak jauh secara diam-diam. Kerja sama itu juga menyediakan berbagi kemampuan dunia maya, kecerdasan buatan, kuantum, dan bawah laut yang tidak terukur.

Perjanjian itu telah membuat marah China, yang menggambarkannya sebagai ancaman sangat tidak bertanggung jawab terhadap stabilitas di kawasan itu.

Kesepakatan itu juga membuat marah Prancis karena pada saat terakhir kontrak kapal selam diesel-listriknya dengan Australia yang bernilai A$90 miliar (US$65 miliar) dibatalkan.

Perdana Menteri Australia, Scott Morrison tidak menyesal tentang penandatangannya terhadap perjanjian tersebut. Dia bersikeras bahwa kesepakatan itu menyangkut kepentingan nasional negaranya dan bahwa dia tahu itu akan mengganggu pihak lain.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper