Cari berita
Bisnis.com

Konten Premium

Bisnis Plus bisnismuda Koran Bisnis Indonesia tokotbisnis Epaper Bisnis Indonesia Konten Interaktif Bisnis Indonesia Group Bisnis Grafik bisnis tv

Perjanjian AUKUS Resmi Berlaku, China dan Prancis Protes

Di bawah kesepakatan AUKUS, Australia akan memperoleh delapan kapal selam bertenaga nuklir canggih yang mampu melakukan misi jarak jauh secara diam-diam.
John Andhi Oktaveri
John Andhi Oktaveri - Bisnis.com 22 November 2021  |  12:41 WIB
Perjanjian AUKUS Resmi Berlaku, China dan Prancis Protes
Perdana Menteri Australia Scott Morrison (kedua kiri) bersama keluarganya. - Reuters/David Gray

Bisnis.com, JAKARTA - Australia hari ini memulai program untuk melengkapi angkatan lautnya dengan kapal selam bertenaga nuklir dalam aliansi pertahanan baru dengan Inggris dan Amerika Serikat yang sebelumnya diprotes Prancis.

Menteri Pertahanan Peter Dutton bergabung dengan diplomat AS dan Australia menandatangani perjanjian yang memungkinkan pertukaran informasi tenaga nuklir angkatan laut yang sensitif antara negara mereka sebagaimana dikutip ChannelNewsAsia.com, Senin (22/11).

Ini adalah perjanjian pertama tentang teknologi yang ditandatangani secara publik sejak ketiga negara tersebut mengumumkan aliansi pertahanan AUKUS pada bulan September. Tujuannya untuk menghadapi ketegangan strategis di Pasifik di mana persaingan China-AS terus berkembang.

"Perjanjian itu akan memungkinkan kerja sama, yang selanjutnya akan meningkatkan postur pertahanan bersama kami," kata Presiden AS Joe Biden dalam sebuah pernyataan pada Jumat (19/11) menjelang upacara penandatanganan bersama Dutton di Canberra serta Kuasa Usaha AS Michael Goldman dan Komisaris Tinggi Inggris Victoria Treadell.

Di bawah kesepakatan AUKUS, Australia akan memperoleh delapan kapal selam bertenaga nuklir canggih yang mampu melakukan misi jarak jauh secara diam-diam. Kerja sama itu juga menyediakan berbagi kemampuan dunia maya, kecerdasan buatan, kuantum, dan bawah laut yang tidak terukur.

Perjanjian itu telah membuat marah China, yang menggambarkannya sebagai ancaman sangat tidak bertanggung jawab terhadap stabilitas di kawasan itu.

Kesepakatan itu juga membuat marah Prancis karena pada saat terakhir kontrak kapal selam diesel-listriknya dengan Australia yang bernilai A$90 miliar (US$65 miliar) dibatalkan.

Perdana Menteri Australia, Scott Morrison tidak menyesal tentang penandatangannya terhadap perjanjian tersebut. Dia bersikeras bahwa kesepakatan itu menyangkut kepentingan nasional negaranya dan bahwa dia tahu itu akan mengganggu pihak lain.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Simak berita lainnya seputar topik artikel ini, di sini :

amerika serikat inggris australia
Editor : Fitri Sartina Dewi

Artikel Terkait



Berita Lainnya

    Berita Terkini

    back to top To top