Bisnis.com, JAKARTA - Ledakan di Beirut, Lebanon disebut berasal dari gudang Amonium Nitrat seberat 2.750 ton. Bahan ini juga sempat digunakan kelompok teroris saat bom Bali 2002.
Analis intelijen dan terorisme Stanislaus Riyanta mengatakan saat bom Bali 2002 yang menewaskan 202 orang itu, para teroris menggunakan Amonium Nitrat atau NH4-NO3 sebagai pemicu ledakan.
"Pada aksi teror Bom Bali 2002 yang menewaskan 202 orang, diketahui bahan yang digunakan adalah Amonium Nitrat. Bahan ini juga banyak dipakai di Indonesia untuk bom ikan," katanya kepada Bisnis, Rabu (5/8/2020).
Amonium Nitrat adalah senyawa kimia yang kerap digunakan di bidang pertanian sebagai pupuk dan menjadi bahan peledak untuk sektor pertambangan dan konstruksi.
Menurutnya, perusahaan pertambangan yang menggunakan Amonium Nitrat biasanya mempunyai gudang penyimpanan dan diawasi dengan ketat oleh pihak yang berwenang termasuk kepolisian.
Kendati begitu, tidak menutup kemungkinan terjadi peristiwa di luar prosedur pada gudang tersebut. Seperti pada 2016, saat salah satu perusahaan tambang terbesar di Indonesia kehilangan 183 detonator.
Baca Juga
Dia menyebut, pengawasan pada gudang berbahan kimia berbahaya perlu dilakukan secara ketat oleh pemeritah. Pemantauan lain termasuk saat pengadaan, penyimpanan dan penggunaan Amonium Nitrat dan bahan-bahan lain yang berbahaya termasuk detonator.
"Pengawasan tersebut perlu dilakukan agar tidak terjadi penyalahgunaan seperti untuk aksi terorisme dan perusakan lingkungan, dan agar tidak terjadi kecelakanan atau kecerobohan yang bisa berdampak fatal," tuturnya.
Sementara itu, ledakan di Beirut terjadi pada Selasa (4/8/2020) di dekat pelabuhan negara itu. Sejauh ini, setidaknya 78 orang dilaporkan tewas akibat ledakan. Sementara itu, sekitar 4.000 orang lainnya mengalami luka-luka.
Otoritas Lebanon memperkirakan bahwa korban meninggal dunia masih akan terus bertambah seiring dengan proses evakuasi yang dilakukan petugas untuk mencari korban di bawah reruntuhan bangunan.