Bisnis.com, JAKARTA – Israel melancarkan serangan udara dan artileri ke Lebanon selatan pada Sabtu (22/3/2025) setelah menyatakan telah mencegat serangan roket yang ditembakkan dari seberang perbatasan.
Insiden ini memicu ketegangan baru dan mengancam rapuhnya gencatan senjata yang mengakhiri perang selama setahun antara Israel dan Hizbullah.
Konflik ini menjadi eskalasi paling mematikan dari perang di Gaza, yang sejak awal telah mengguncang perbatasan hingga berujung pada serangan besar Israel yang menewaskan komandan utama Hizbullah, ratusan pejuangnya, serta menghancurkan sebagian besar arsenal mereka.
Serangan lintas batas pada Sabtu ini adalah yang pertama sejak Israel mengabaikan gencatan senjata di Gaza dengan Hamas—sekutu Hizbullah yang didukung Iran.
Militer Israel melaporkan tiga roket ditembakkan dari wilayah Lebanon sekitar enam kilometer dari perbatasan, menjadikannya serangan lintas batas kedua sejak gencatan senjata yang dimediasi AS pada November 2024. Hingga kini, belum ada pihak yang mengklaim bertanggung jawab atas serangan itu, sementara Hizbullah masih belum memberikan komentar resmi.
Sebagai tanggapan, Perdana Menteri Benjamin Netanyahu dan Menteri Pertahanan Israel Katz memerintahkan serangan besar-besaran terhadap puluhan target teroris di Lebanon.
Baca Juga
Militer Israel mengonfirmasi pihaknya tengah membombardir sasaran Hizbullah di Lebanon selatan. Kantor berita Lebanon NNA melaporkan serangan udara dan rentetan artileri menghantam kota-kota perbatasan dan dataran tinggi sekitar delapan kilometer ke dalam wilayah Lebanon. Kementerian Kesehatan Lebanon menyebutkan dua orang tewas dan delapan lainnya terluka akibat serangan tersebut.
Sementara itu, tidak ada laporan korban jiwa di pihak Israel.
PBB Peringatkan Risiko Eskalasi
Di bawah kesepakatan gencatan senjata November, Hizbullah seharusnya menarik semua persenjataannya dari Lebanon selatan, pasukan Israel ditarik mundur, dan tentara Lebanon mengambil alih kendali keamanan di wilayah tersebut.
Presiden Lebanon Joseph Aoun memerintahkan pasukannya untuk mencegah segala bentuk pelanggaran yang bisa mengancam stabilitas negara. Tentara Lebanon mengklaim telah menemukan dan membongkar tiga peluncur roket rakitan di wilayah selatan.
Netanyahu menegaskan bahwa Israel akan menuntut pertanggungjawaban penuh dari pemerintah Lebanon.
"Israel tidak akan membiarkan warganya terancam dan akan melakukan segala yang diperlukan untuk melindungi rakyat serta kedaulatan negara," katanya seperti dilansir Reuters.
Misi penjaga perdamaian PBB di Lebanon (UNIFIL) mengeluarkan peringatan, menyebut bahwa situasi di perbatasan semakin "genting" dan eskalasi lebih lanjut dapat membawa konsekuensi serius bagi stabilitas kawasan.
Sementara itu, Perdana Menteri Lebanon Nawaf Salam memperingatkan potensi dimulainya kembali operasi militer di selatan.
"Semua langkah keamanan dan militer harus diambil untuk menegaskan bahwa Lebanon memegang kendali atas keputusan perang dan damai," katanya dalam pernyataan resmi.
Meskipun gencatan senjata telah mengakhiri gelombang serangan udara Israel dan roket Hizbullah ke wilayah Israel, kedua belah pihak kini saling tuding gagal menjalankan kesepakatan sepenuhnya.
Israel menuduh Hizbullah masih mempertahankan infrastruktur militernya di selatan, sementara Lebanon dan Hizbullah menuduh Israel tetap melanggar perjanjian dengan terus melakukan serangan udara serta mempertahankan pasukannya di lima titik strategis di perbatasan.