Bisnis.com, JAKARTA - Presiden Iran, Hassan Rouhani memperingatkan sejumlah negara anggota Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) asal Eropa bahwa pasukan mereka di Timur Tengah akan terancam jika ikut mendukung kebijakan Amerika Serikat yang tidak bersahabat.
Ultimatum itu disampaikan selepas serangan AS menewaskan jenderal Iran, Qasem Soleimani dan kemudian dibalas dengan gempuran roket terhadap dua pangkalan tentara AS di Irak.
"Hari ini pasukan AS dalam bahaya, esok hari mungkin tentara Eropa yang terancam," kata Rouhani dalam rapat kabinet di Ibu Kota Teheran, seperti dikutip CNN.com, Kamis (16/1/2020).
Inggris, Jerman dan Prancis mengirim tentara mereka ke sejumlah negara di Timur Tengah (Irak, kawasan Teluk, dan Libanon) dan Asia Selatan (Afghanistan).
Menurut data sementara, pasukan Inggris yang berada di Irak berjumlah sekitar 400 orang. Sedangkan Jerman dan Prancis mengirimkan masing-masing 450 dan 1.000 prajurit.
Usai serangan udara terhadap Soleimani, Jerman memutuskan untuk memindahkan 35 orang pasukannya ke Yordania.
Baca Juga
Uni Eropa juga mempunyai sejumlah perwakilan di Irak. Namun, juru bicara Komisi Eropa, Peter Stano, memahami situasi tersebut meski mereka memutuskan tetap berada di Negeri 1001 Malam itu.
Di kawasan Teluk, Inggris mempunyai pangkalan angkatan laut di Bahrain yang bisa menampung 500 prajurit. Mereka juga mempunyai pangkalan terpadu di Oman.
Prancis mempunyai pangkalan AL di Pelabuhan Zayed, Abu Dhabi yang menampung 700 personel. Kedua negara itu juga menempatkan tentara di pangkalan militer AS di kawasan tersebut. Jerman dan Prancis masing-masing menempatkan 100 dan 700 prajurit sebagai pasukan penjaga perdamaian Perserikatan Bangsa-Bangsa di Libanon.
Pangkalan NATO di Afghanistan sampai saat ini menampung sekitar 17 ribu tentara dari 39 negara sekutu dan mitra. Inggris menempatkan seribu pasukan di negara itu. Sedangkan jumlah pasukan Jerman yang berada di sana berjumlah 1.100 orang.