Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rusia Dorong Negara Teluk Bangun Sistem Keamanan Bersama

Menteri Luar Negeri Rusia Sergey Viktorovich Lavrov mengatakan pada Rabu (15/1/2020) bahwa Moskow mendesak negara-negara Teluk mempertimbangkan suatu mekanisme keamanan bersama untuk wilayah itu.
Menlu Rusia Sergei Lavrov/Reuters-Sergei Karpukhin
Menlu Rusia Sergei Lavrov/Reuters-Sergei Karpukhin

Bisnis.com, NEW DELHI - Rusia sedang mendorong agar negara-negara teluk membangunan sistem keamanan bersama di kawasan tersebut. 

Menteri Luar Negeri Rusia Sergey Viktorovich Lavrov mengatakan pada Rabu (15/1/2020) bahwa Moskow mendesak negara-negara Teluk mempertimbangkan suatu mekanisme keamanan bersama untuk wilayah itu.

"Kami mengusulkan ke negara-negara Teluk untuk memikirkan tentang mekanisme keamanan bersama ...memulai dengan rasa percaya membangun langkah-langkah dan mengundang satu sama lain untuk pelatihan militer," kata Lavrov dalam konferensi keamanan di New Delhi.

Ketegangan-ketegangan di Teluk meningkat setelah Amerika Serikat membunuh komandan militer utama Iran Jenderal Qassem Soleimani dengan serangan pesawat nirawak saat iring-iringan Soleimani berada di bandara Baghdad.

Tewasnya Soleimani itu dibalas oleh Iran dengan menembakkan roket-roket ke arah pangkalan militer Irak tempat pasukan Amerika beroperasi di kawasan Teluk. Ketegangan semakin meninggi setelah pada hari yang sama, Rabu (8/1) pesawat sipil milik Ukraine International Airline jatuh beberapa saat setelah lepas landas dari bandara Teheran.

Iran semula membantah pesawat tersebut jatuh karena tertembak rudal, namun akhirnya Iran mengakui telah terjadi kesalahan fatal yang tak bisa dimaafkan.

Presiden Iran Hassan Rouhani dalam pidato resmi di televisi nasional Iran mengatakan akan menghukum semua pihak yang bertanggung jawab atas jatuhnya pesawat, yang sebelumnya diakui dilakukan oleh pasukan militer Iran karena human error tersebut.

Ketegangan yang terjadi di kawasan Teluk mengakibatkan sejumlah kepala negara menyerukan kepada Amerika maupun Iran agar segera kembali ke meja perundingan untuk membahas kesepakatan nuklir Iran pada 2015 yang tiga tahun kemudian ditinggalkan AS.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Newswire
Editor : Saeno
Sumber : Antara
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper