Bisnis.com, JAKARTA – Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump menyatakan bahwa serangan udara besar-besaran yang dilancarkan negaranya terhadap fasilitas nuklir Iran telah secara signifikan melumpuhkan program nuklir Teheran. Hal itu membuka jalan menuju potensi perjanjian damai antara kedua negara.
Dikutip melalui Reuters, Trump mengungkapkan niat untuk berunding dengan Iran saat berbicara berbicara dalam pertemuan puncak NATO di Den Haag pada Rabu (25/6/2025).
Trump menyebut serangan pada Minggu lalu sebagai kemenangan bagi semua pihak dan mengatakan akan mengupayakan komitmen dari Iran untuk mengakhiri ambisi nuklirnya dalam perundingan yang direncanakan minggu depan.
“Itu sangat dahsyat. Itu adalah penghancuran total," ujar Trump dikutip Kamis (26/6/2025).
Trump juga mengatakan bahwa dia tidak melihat Iran akan kembali mengejar senjata nuklir dalam waktu dekat.
“Mereka ingin pulih. Saya rasa mereka tidak akan memperkaya uranium lagi untuk saat ini,” tambahnya.
Baca Juga
Meskipun belum ada rincian resmi terkait lokasi dan siapa saja yang akan terlibat dalam pertemuan tersebut, Trump mengisyaratkan kemungkinan adanya kesepakatan, meski dirinya tidak menganggap itu sebagai hal yang mendesak.
Di sisi lain, Direktur CIA John Ratcliffe mengonfirmasi bahwa serangan udara telah menghancurkan beberapa fasilitas penting milik Iran dan akan memerlukan waktu bertahun-tahun untuk membangun kembali. Penilaian yang sama juga disampaikan oleh badan nuklir Israel, yang menyebut Iran telah mengalami kemunduran besar dalam upaya pengembangan senjata nuklir.
Meski demikian, Kepala Badan Energi Atom Internasional (IAEA), Rafael Grossi, memperingatkan bahwa penilaian semacam itu hanya bersifat jangka pendek.
“Pengetahuan teknologi dan kapasitas industri tetap ada. Kita perlu kembali bekerja sama dan mengirimkan inspektur,” katanya.
Perang Iran vs Israel
Sekadar informasi, perang antara Iran dan Israel yang berlangsung selama 12 hari telah menewaskan sedikitnya 627 warga Iran dan 28 warga Israel, dengan ribuan lainnya terluka.
Perang dimulai dari serangan kejutan Israel pada 13 Juni yang menargetkan pimpinan militer dan ilmuwan nuklir Iran. Iran membalas dengan peluncuran rudal yang untuk pertama kalinya berhasil menembus sistem pertahanan Israel secara signifikan.
Setelah gencatan senjata diumumkan pada Selasa, warga di kedua negara mulai kembali menjalani kehidupan normal, meskipun masih diselimuti kecemasan.
Presiden Iran, Masoud Pezeshkian pun mengisyaratkan bahwa dampak perang bisa menjadi momentum untuk perubahan dalam pemerintahan.
“Perang ini dan empati yang tumbuh antara rakyat dan pejabat adalah peluang untuk mengubah pola pikir dan perilaku para pemimpin,” kata Pezeshkian melalui media pemerintah.
Namun, pemerintah Iran tetap menunjukkan sikap keras. Tiga pria dieksekusi karena dituduh bekerja sama dengan badan intelijen Israel, Mossad.
Sementara itu, 700 orang lainnya ditangkap selama konflik, menurut laporan media yang berafiliasi dengan negara.
Trump Tak Ingin Ganti Rezim Iran
Meskipun selama perang sempat melontarkan kemungkinan perubahan rezim di Iran, Trump menegaskan bahwa itu bukanlah tujuan utama.
“Saya tidak ingin melihat perubahan rezim. Itu akan membawa kekacauan. Saya ingin situasi stabil," ujarnya.
Di kedua negara, suasana pascaperang diwarnai kelegaan bercampur kegelisahan.
“Kami kembali setelah gencatan senjata diumumkan. Orang-orang lega, tapi masa depan masih penuh ketidakpastian,” kata Farah (67), warga Teheran.
Di Tel Aviv, seorang warga bernama Rony Hoter-Ishay Meyer mengungkapkan kelelahan mental akibat konflik.
“Dua minggu terakhir ini sangat berat. Kami hanya ingin kembali menjalani kehidupan normal,” tandas Rony.