Bisnis.com, JAKARTA – Serangan drone yang diduga dilakukan gerilyawan Houthi terhadap fasilitas minyak milik Aramco, Saudi Arabia, menjadi penghias berita beberapa hari belakangan ini.
Jika selama ini publik lebih mengenal drone bukan untuk kepentingan perang, serangan ke fasilitas milik Aramco menjadi bukti bahwa drone bisa menjadi pesawat tempur nirawak atau Unmanned Combat Aerial Vehicle (UCAV).
Jika kelompok perlawanan semacam Houthi bisa memiliki drone tempur, sejumlah negara tentu memiliki pesawat nirawak yang sangat mungkin lebih canggih dari drone yang menggempur fasilitas Aramco.
Indonesia, ternyata juga memiliki pesawat tempur nirawak. Hal itu paling tidak terungkap saat latihan gabungan TNI "Dharma Yudha 2019" di Pusat Latihan Tempur Marinir Asembagus, Situbondo, Jawa Timur, Kamis (12/9/2019).
Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan Wiranto dikabarkan Antara sempat menyampaikan kekagumannya atas kemampuan tempur pesawat nirawak "drone" CH4 yang dimiliki Indonesia.
"Kita saksikan bahwa ada satu drone yang mampu untuk melaksanakan tidak hanya pengintaian tapi juga melaksanakan penembakan dan pengeboman," ujar Wiranto usai menghadiri puncak latihan gabungan TNI "Dharma Yudha 2019" di Pusat Latihan Tempur Marinir Asembagus, Situbondo, Jawa Timur, Kamis.
Baca Juga
Drone UAV CH4 merupakan salah satu alat utama sistem senjata (alutsista) yang dikerahkan oleh TNI AU dalam latihan gabungan TNI "Dharma Yudha 2019".
Drone tersebut memiliki keistimewaan, karena berfungsi tidak hanya sebagai alat pengawasan dan pengintaian, namun juga mampu melaksanakan serangan melalui penembakan maupun pengeboman.
Wiranto mengatakan Indonesia sebelumnya tidak memiliki drone canggih semacam drone UAV CH4.
Mantan Panglima ABRI itu mengatakan keberadaan drone UAV CH4 menjadi lompatan teknologi dalam alutsista TNI.
Dia berharap ke depan Indonesia memiliki lebih banyak alutsista berteknologi canggih guna menguatkan pertahanan dalam negeri.
"Mudah-mudahan ke depan nanti teknologi-teknologi militer yang sekarang berkembang di dunia dapat kita miliki," kata Wiranto.
Bisa Diintegrasikan dengan Satelit
Sebelumnya, dalam tinjauan kesiapan pelaksanaan puncak latgab TNI "Dharma Yudha 2019" di Puslatpur Marinir Asembagus, Situbondo, Rabu (11/9), Panglima TNI Marsekal TNI Hadi Tjahjanto juga menyinggung tentang drone UAV CH4 dengan mengatakan bahwa drone tersebut dikendalikan dari Surabaya.
Hadi mengatakan drone UAV CH4 dapat terbang dengan durasi hingga 12 jam, disertai kemampuan radius jangkauan hingga 1.000 kilometer apabila diintegrasikan dengan satelit BLOS (beyond line of sight).
Hadi juga menyebut bahwa pesawat nirawak itu memiliki akurasi serangan yang tinggi.
"Seperti yang kita laksanakan kemarin kita menembak, mengebom dari ketinggian 15 ribu kaki dan kita rilis hasilnya sangat presisi," ujar Hadi.
Hadi menyebut bahwa drone CH4 masuk dalam pengadaan pada rencana strategis (Renstra) TNI Tahap II. Rencananya TNI akan mendatangkan enam pesawat serupa untuk menambah kekuatan pada dua skuadron.
Spesifikasi dan Kelebihan
CH-4 adalah UCAV sayap tetap terbesar dari seri Rainbow (pada akhir 2013). Dikutip dari Wikipedia, secara eksternal, CH-4 terlihat hampir identik dengan General Atomics MQ-9 Reaper. Satu-satunya perbedaan visualnya adalah bahwa sirip perut di bawah ekor-V pada MQ-9 tidak ada pada CH-4.
CH4 terdiri atas dua versi yakni versi CH-4A dan CH-4B.
CH-4A adalah pesawat pengintai dengan kemampuan jelajah hingga jarak 3.500 sampai 5.000 km dengan daya tahan 30 sampai 40 jam mengudara.
Sedangkan CH-4B adalah sistem serangan dan pengintaian campuran yang mampu mengangkut hingga 6 senjata dan muatan 250 hingga 345 kg.
Drone CH-4 mampu menembakkan rudal udara-ke-darat dari ketinggian 5.000 meter (sekitar 16.400 kaki), oleh karena itu pesawat tak berawak ini dapat tetap berada di luar jangkauan efektif sebagian besar senjata antipesawat. Hal itu juga memungkinkan CH-4 menembak dari posisi yang menyediakan area tampilan lebih luas.
Vasiliy Kashin, seorang spesialis China di Pusat Analisis Strategi dan Teknologi Moskow, mengatakan bahwa CH-4B UCAV telah diekspor ke Mesir, Arab Saudi, Aljazair dan Irak.
Buatan China
Drone CH4 merupakan bagian dari serial pesawat nirawak CASC Rainbow (Cai Hong, disingkat CH). CH adalah nama serial untuk produk pesawat nirawak yang diproduksi China Academy of Aerospace Aerodynamics dari China Aerospace Science and Technology Corporation (CASC).
Selain CH4, perusahaan China ini memproduksi serial CH lainnya misalnya CH-5 yang merupakan UCAV terbaru dari seri Rainbow, dengan lebar sayap 21 meter, muatan 1.000 kg, berat lepas landas maksimum lebih dari 3 ton, plafon layanan 9 km, daya tahan hingga 60 jam [ 17] dan jangkauan 10.000 km.
Berkat tautan data bersama, CH-5 dapat bekerja sama dengan drone CH-3 dan CH-4.
Pesawat ini melakukan penerbangan perdananya pada Agustus 2015 dan penerbangan airshow pertamanya berlangsung di provinsi Hebei Utara pada Juli 2017. Drone ini dapat membawa 16 rudal dalam satu waktu. Juga ada rencana untuk memperluas jangkauannya hingga 20,00 km.
Pejabat Cina mengklaim Rainbow CH-5 memiliki kinerja yang mirip dengan MQ-9 Reaper AS dan "mungkin harganya kurang dari setengah harga."
Dibandingkan dengan mesin turboprop Garrett TPE331 yang dipasang pada Reaper, CH-5 dilengkapi dengan mesin piston bermuatan turbo yang tidak dikenal, dengan kurang dari setengah tenaga kuda.
Pilihan ini membatasi ketinggian maksimum CH-5 hingga 9 km dibandingkan dengan 12-15 km dari Reaper, namun juga memperpanjang daya tahan CH-5 hingga 60 jam dibandingkan dengan 14 jam dari Reaper. Bahkan CH-5 di masa mendatang akan dapat bertahan di udara hingga 120 jam.
Seri CH lainnya yang menjadi produk CASC antara lain CH-7, CH-1, CH-91, CH-92, CH-802, CH-803, dan CH-901.