Bisnis.com, JAKARTA - Indonesia melalui Kementerian Luar Negeri mengecam serangan pesawat nirawak terhadap fasilitas minyak milik Saudi Aramco di Arab Saudi.
"Serangan tersebut membahayakan keamanan dan stabilitas kawasan, serta berdampak negatif terhadap ekonomi global," demikian pernyataan resmi Kementerian Luar Negeri RI, dikutip Senin (16/9/2019).
Serangan drone atau pesawat tak berawak kepada dua pabrik minyak Saudi Aramco terjadi pada pukul 03:31 dan 3:42 Sabtu dini hari (14/9/2019) waktu setempat.
Serangan drone yang menyebabkan ledakan dan kebarakan hebat tersebut terjadi di dua pabrik Aramco yang berada di Abqaiq dan Khurais.
Abqaiq berjarak 60 km dari kantor pusat Aramco di Dhahran. Kilang minyak itu mengolah minyak mentah dari lapangan minyak raksasa Ghawar dan menyalurkannya untuk pasar ekspor melalui terminal Ras Tanura--fasilitas pemuatan minyak lepas pantai terbesar dunia--dan Juaymah.
Sementara itu, Khurasi berlokasi 190 km dari Dhahran, dan memiliki lapangan minyak terbesar kedua di Arab Saudi.
Serangan tersebut diklaim dilakukan oleh kelompok pemberontak Houthi Yaman, kelompok yang telah berperang melawan koalisi pimpinan Saudi-Uni Emirat Arab dalam perang saudara yang sedang berlangsung di Yaman sejak 2015.
Menteri Energi Arab Saudi, Abdulazis bin Salman, mengatakan bahwa serangan drone terhadap kilang minyak Saudi Aramco menyebabkan gangguan sekitar 5,7 juta barel pasokan minyak mentah sekaligus mengancam ekonomi dunia.
Akibat serangan tersebut, produksi minyak di Abqaiq dan Khura terhenti sementara. Sedangkan produksi Aramco yang hilang mencapai separuhnya atau 50%.
Dengan adanya peristiwa ini, Indonesia mendorong agar upaya dialog terus dikedepankan dalam mendukung proses politik di Yaman.
"Indonesia serukan kembali dialog dan mendukung proses politik di Yaman, dibawah kepemimpinan PBB," tulis Kementerian Luar Negeri RI.