Bisnis.com, JAKARTA - Calon Presiden 2019-2024 nomor urut 02, Prabowo Subianto, menyampaikan sejumlah pesan kritisnya tentang independensi dan profesionalisme media massa/pers di tengah persaingan politik memasuki Pemilihan Presiden 2019 yang akan digelar pada 17 April mendatang.
Prabowo meminta pers dalam berbagai platform, cetak, televisi, radio dan online, untuk bisa menjaga idealismenya, berimbang dan obyektif dalam menyikapi pesta demokrasi, yang menampilkan 2 pasangan Calon Presiden dan Calon Wakil Presiden yakni pasangan calon nomor urut 01, incumbent Joko Widodo-Ma'ruf Amin (Jokowi-Ma'ruf) dan pasangan calon nomor urut 02, Prabowo Subianto-Sandiaga Salahuddin Uno (Prabowo-Sandi).
"Pers itu salah satu pilar demokrasi, early warning, mengoreksi, kita butuh koreksi karena koreksi itu mengamankan kita. Daripada kita terlanjur salah, lebih baik cepat-cepat dikoreksi. Dan memang koreksi dan kritik itu sering tidak menyenangkan.
Manusia condong tidak disuka dikritik. Tapi harus dikritik. Dan kita sebagai seorang pemimpin, harus sadar bahwa koreksi dan kritik itu justeru menjaga kita terjebak dalam kesalahan yang lebih parah".
Prabowo kemudian melanjutkan. "Jadi saya titip kepada wartawan, jagalah marwah, reputasi, wibawa kalian. Kalian bertanggungjawab kepada rakyat, darimana rakyat mendapat informasi yang benar, dari mana dan siapa yang bisa membantu membela kebenaran, kalau tidak dibantu oleh wartawan/pers".
Begitu sepenggal beberapa pernyataan Prabowo saat melakukan vlog blog (vlog) dengan beberapa wartawan yang diundang mengikuti tatap muka dengan mantan Danjen Kopassus tersebut di kediamannya, di Desa Bojongkoneng, Hambalang, Bogor, Jawa Barat, Selasa malam (05/02/2019).
Baca Juga
Konteks pernyataan dalam vlog tersebut disampaikan Prabowo, menyikapi pemberitaan pers yang kurang berimbang terhadap kubu dirinya selaku penantang dengan kubu incumbent.
Sebelumnya dalam tatap muka, Prabowo mengungkapkan sejumlah kenyataan yang dihadapinya mengenai industri pers di Tanah Air. Terutama di tengah suasana konstestasi yang sedang dijalaninya, Pilpres 2019.
Diantaranya soal Aksi 212 di Lapangan Monas akhir tahun lalu. Media-media arus utama (mainstream) disebutnya lebih memilih untuk tidak meliput kegiatan yang melibatkan sekitar 10 jutaan orang lebih tersebut.
Prabowo yang mengaku pernah bergelut menjadi wartawan dan mencapai posisi pemimpin redaksi di koran sekolah pada saat duduk di kelas 3 SMA di Inggris, mengaku heran.
"Masak melihat 10 juta orang hadir di Monas nggak ditulis, nggak diliput. Giliran ada yang liput, ditulis hanya 15 ribu orang
yang hadir," ungkapnya.
Prabowo memahami mekanisme dan hirarki kerja yang berlaku di media massa, dimana ada pemegang kebijakan yang menentukan dimuat-tidaknya sebuah berita. "Saya memahami itu". Prabowo menegaskan pun harapannya kepada pers: Jagalah idealisme dan independensi kalian".