Bisnis.com, JAKARTA – Aktris Angelina Jolie mendesak komitmen Myanmar untuk mengakhiri kekerasan terhadap ratusan ribu Muslim Rohingya.
Desakan oleh bintang Hollywood kenamaan yang juga berlaku sebagai utusan badan pengungsi Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) tersebut disampaikan pada hari kedua pertemuannya dengan etnis Rohingya di distrik Bazar Cox, Bangladesh.
Distrik itu menjadi tempat mengungsinya sekitar 740.000 warga Rohingya sejak Agustus 2017 yang melarikan diri dari Myanmar, negara tetangga Bangladesh.
Sebelum aliran pengungsi deras memasuki Banglasdesh, telah ada sekitar 300.000 pengungsi bersebaran di kamp-kamp. Gelombang pengungsi terbaru tiba setelah serangkaian aksi militer dilancarkan di negara bagian Rakhine, Myanmar.
“Sangat sedih bertemu dengan keluarga yang hanya mengenal penganiayaan dan tidak adanya pengakuan sepanjang hidup mereka, yang berbicara tentang bagaimana 'diperlakukan seperti hewan ternak',” kata Jolie pada Selasa (5/2/2019), seperti dilansir ABS-CBN.
“Keluarga Rohingya yang saya temui tidak berbeda dari pengungsi lain untuk satu hal penting, yakni keinginan mereka untuk bisa pulang,” lanjutnya.
Peraih Oscar lewat film “Girl, Interrupted” itu bersikeras bahwa para pengungsi baru akan pulang ketika mereka merasa cukup aman untuk melakukannya secara sukarela dan tahu bahwa hak-hak mereka akan dihormati.
“Saya bertemu dengan seorang wanita kemarin, yang selamat dari pemerkosaan di Myanmar, dan dia mengatakan kepada saya, 'Anda harus menembak saya di tempat saya berdiri sebelum saya kembali tanpa memperoleh hak-hak saya',” ungkap Jolie.
“Tanggung jawab untuk memastikan hak-hak itu dan mewujudkan kemungkinan bagi para warga Rohingya untuk kembali ke negara bagian Rakhine sepenuhnya terletak pada pemerintah dan pihak otoritas di Myanmar,” tambahnya.
Jolie kemudian menyerukan diakhirinya kekerasan di Rakhine, yang banyak dipandang sebagai aksi genosida, serta menuntut tindakan tegas terhadap para pelaku kekerasan.
“Saya mendesak pihak berwenang Myanmar untuk menunjukkan komitmen tulus yang diperlukan untuk mengakhiri siklus kekerasan serta memperbaiki kondisi semua masyarakat di negara bagian Rakhine,” katanya.
Ibu enam anak ini akan mengakhiri kunjungannya pada hari Rabu (6/2) dengan bertemu Perdana Menteri Bangladesh Sheikh Hasina, Menteri Luar Negeri AK Abdul Momen, dan sejumlah pejabat senior di Dhaka, menurut pernyataan PBB.
Pembicaraan nanti akan fokus pada bagaimana badan pengungsi PBB dapat membantu upaya Bangladesh untuk Rohingya serta solusi berkelanjutan untuk menyelesaikan kaum minoritas yang teraniaya.