Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

PBB Ungkap Kondisi Etnis Rohingya di Myanmar Makin Terhimpit

PBB menyebut bahwa posisi puluhan ribu orang etnis Rohingya kian terjepit akibat kekerasan yang terjadi di wilayah barat Myanmar hingga hari ini.
Sejumlah imigran etnis Rohingya berada di depan pagar Kantor Gubernur Aceh, Banda Aceh, Aceh, Senin (11/12/2023). Sebanyak 137 orang imigran Rohingya terlantar di depan Kantor Gubernur Aceh setelah mendapat penolakan warga dari beberapa tempat mulai dari Gampong Lamreh, Kabupaten Aceh Besar, hingga lokasi camp perkemahan Pramuka, Kabupaten Pidie. ANTARA FOTO/Khalis Surry/YU
Sejumlah imigran etnis Rohingya berada di depan pagar Kantor Gubernur Aceh, Banda Aceh, Aceh, Senin (11/12/2023). Sebanyak 137 orang imigran Rohingya terlantar di depan Kantor Gubernur Aceh setelah mendapat penolakan warga dari beberapa tempat mulai dari Gampong Lamreh, Kabupaten Aceh Besar, hingga lokasi camp perkemahan Pramuka, Kabupaten Pidie. ANTARA FOTO/Khalis Surry/YU

Bisnis.com, JAKARTA – Komisioner Tinggi HAM Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB) menyebut bahwa posisi puluhan ribu orang etnis Rohingya kian terjepit akibat kekerasan yang terjadi di wilayah barat Myanmar hingga hari ini.

Komisaris Tinggi HAM PBB, Volker Turk, menyampaikan keprihatinannya atas situasi di kota Maungdaw tersebut.

Pasalnya, Tentara Arakan menguasai wilayah Rakhine telah memberikan peringatan kepada penduduk kota itu, termasuk etnis Rohingya, untuk mengungsi akibat adanya rencana serangan kepada junta militer Myanmar dalam waktu dekat.

“Warga Rohingya tidak punya pilihan. Tidak ada tempat untuk melarikan diri bagi mereka,” kata Turk sebagaimana dilansir Reuters, Selasa (18/6/2024).

Lebih lanjut, Aung Kyaw Moe selaku Wakil Menteri HAM di Pemerintah Persatuan Nasional Myanmar (NUG) juga angkat bicara mengenai situasi tersebut.

Menurut tokoh pemerintahan Myanmar yang diasingkan oleh junta militer itu, saat ini terdapat sekitar 70.000 warga Rohingya yang terjebak di Maungdaw.

Seorang warga Maungdaw, yang menolak disebutkan namanya, mengatakan bahwa warga setempat saat ini kekurangan makanan dan kebutuhan dasar lainnya. Hal ini diperparah dengan tidak adanya zona aman maupun tempat pengungsian bagi mereka.

“Jika mereka memaksa kami pergi, kami tidak punya tempat untuk bermigrasi,” ujarnya kepada Reuters.

Adapun, serangan Tentara Arakan terhadap junta Myanmar di Maungdaw itu merupakan bagian dari pemberontakan yang telah berjalan selama berbulan-bulan.

Junta militer mengambil alih kekuasaan di Myanmar melalui kudeta pada Februari 2021 lalu. Posisi junta dinilai kian melemah di sebagian besar wilayah negara tersebut.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper