Bisnis.com, JAKARTA - Menteri Luar Negeri (Menlu) Retno Marsudi mengungkap bahwa Indonesia selama ini sudah menjadi tempat sementara bagi para pengungsi dari berbagai etnis, bukan hanya pengungsi Rohingya.
Dia mengatakan bahwa informasi tersebut tidak terekspos, sehingga seolah Indonesia selama ini hanya menampung pengungsi Rohingnya saja.
"Selain Rohingnya, kita ini sudah menjadi tuan rumah sementara dari ribuan pengungsi, jadi ini tidak terekspos karena sudah lama mereka ada di sini, Irak, Iran, Afganistan, Palestina, ada di tanah kita. Tetapi karena yang bertubi-tubi kemarin hanya Rohingya, bahwa [seolah] kita hanya menjadi tuan rumah dari pengungsi Rohingnya tapi sebenarnya tidak teman-teman," katanya, saat berbicara di Balai Senat Universitas Gajah Mada (UGM), Yogyakarta, pada Senin (3/6/2024).
Retno menegaskan bahwa dengan alasan kemanusiaan, maka Indonesia menerima secara sementara pengungsi-pengungsi yang memang harus dibantu.
"Jadi begini, kita bukan juga menjadi negara pihak dari konvensi yang mengatur masalah refugee [pengungsi]. Tetapi yang kita lakukan sudah melebihi negara pihak konvensi tersebut. Kita membantu para refugee berdasarkan asas kemanusiaan dan itu sangat jelas kita sampaikan," ujarnya.
Lebih lanjut, untuk kasus pengungsi Rohingya, dia mengatakan bahwa Indonesia sudah sangat terlibat untuk membantu, bukan hanya pengungsi Rohingya yang tiba di Indonesia, tetapi pengungsi yang berada di Cox's Bazar di Bangladesh pun turut dibantu.
Baca Juga
"Kalau untuk kasus Rohingnya sebagian mereka mengalami distres di laut yang memang harus dibantu, tetapi yang kita harus pikirkan juga adalah ternyata para pengungsi tersebut itu adalah orang-orang yang sudah berasal dari pengungsian di Bangladesh dan sudah terdaftar sebagai pengungsi di UNHCR Bangladesh," ucapnya.
Parahnya lagi, Retno menjelaskan bahwa para pengungsi Rohingya tersebut menjadi korban perdagangan manusia.
"Jadi orang sudah menderita ternyata oleh kelompok kriminal perdagangan manusia di perdagangkan lagi. Jadi mereka harus membayar sekian ribu US$, sekian ratus US$, dengan janji mereka akan diangkut, biasanya janjinya adalah akan diangkut ke Malaysia melalui Indonesia," ujarnya.
Menurutnya, kasus ini melibatkan kelompok perdagangan manusia, oleh karena itu penting untuk men-address isunya.
"Jadi polisi kita bekerja sama dan kita dari Kemlu ada unit yang mengatur itu, kita bicara dengan Bangladesh, dengan Malaysia, dengan UNHCR dengan International Organization for Migration [IOM], untuk memberantas perdagangan manusia," tambahnya.