Bisnis.com, JAKARTA - Amerika Serikat tengah menjajaki rencana untuk memasukkan Venezuela ke daftar negara yang mensponsori terorisme. Kendati belum mencapai keputusan akhir, seseorang di pemerintahan AS telah mengonfirmasi rencana tersebut pada Senin (19/11/2018).
Menambahkan Venezuela ke daftar tersebut akan berakibat pada pembatasan asistensi ekonomi dari AS. Pemerintahan Donald Trump kemungkinan juga akan melakukan pembatasan pada negara yang tengah mengalami hiperinflas, migrasi besar-besaran, dan kelangkaan makanan dan obat-obatan itu.
Dilansir Reuters, diskusi mengenai isu ini berkembang beberapa hari terakhir dengan lobi yang intens dari Senator Partai Republik Marco Rubio. Ia telah menekan pemerintah untuk melayangkan kebijakan yang lebih keras pada pemerintahan Presiden Venezuela Nicholas Maduro.
Seorang pejabat pemerintahan AS yang enggan disebut namanya menyebutkan, pemerintahan Trump akan mengalami kendala dalam membuktikan keterkaitan pemerintahan Maduro dengan terorisme jika keputusan memasukkan Venezuela ke dalam daftar diambil.
Sejauh ini, terdapat empat negara yang masuk daftar tersebut, yaitu Korea Utara, Iran, Sudan, dan Suriah karena terbukti memberi dukungan pada aksi terorisme internasional.
September lalu, Rubio dan dua senator Republik lainnya mengirim surat ke Menteri Luar Negeri Mike Pompeo yang berisi desakan untuk memasukkan Venezuela ke daftar tersebut. Rubio dan dua senator menuding Venezuela telah memberi bantuan pada sejumlah gerakan terorisme seperti kelompok militan Hizbullah dan Angkatan Bersenjata Revolusi Kolombia (FARC) tanpa menyediakan satu pun bukti.
Baca Juga
Meski tak terbukti memberi dukungan ke gerakan terorisme, Washington sebenarnya telah melayangkan sejumlah sanksi ke Venezuela sejak 2017 karena negara tersebut dianggap mengebiri demokrasi. 1 November lalu, Presiden Donald Trump bahkan menandatangani peraturan eksekutif untuk mengganggu ekspor emas Venezuela.
Washington selama ini tidak melegitimasi kemenangan Maduro pada pemilihan umum awal 2018 lalu. Lawan politik Maduro juga menolak hasil pemilu dan menuding telah terjadi kecurangan selama proses pemungutan suara.
Sementara itu, Maduro mengelak tuduhan bahwa ia membatasi kemerdekaan politik di Venezuela. Ia menyebut dirinya adalah korban dari perang ekonomi yang dipimpin oleh Amerika Serikat.