Bisnis.com, JAKARTA – Pesawat kepresidenan Republik Indonesia kembali menarik perhatian publik setelah tampil dengan warna baru di era Presiden Prabowo Subianto.
Warna pesawat yang berganti dinilai mencerminkan karakter dan gaya tiap pemerintahan, meski fungsinya tetap tak berubah membawa kepala negara menjalankan tugas kenegaraan.
Di era Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) Indonesia untuk pertama kalinya memiliki pesawat kepresidenan sendiri yang diberi nama BBJ 2 (Boeing Business Jet 2).
Pesawat Presiden Ke-6 RI itu hadir dengan desain dominan biru muda, putih, dan sentuhan merah di bagian ekor. Desain ini dipertahankan hingga masa pemerintahan Presiden Joko Widodo (Jokowi).
Namun menjelang akhir masa jabatan Jokowi, warna pesawat berubah drastis. Desain lama yang kalem digantikan dengan warna merah-putih menyala. Perubahan ini sempat menuai perdebatan, terutama karena dilakukan saat pandemi.
Baca Juga
Pemerintah kala itu menyebut perubahan sebagai bagian dari perawatan rutin dan pembaruan identitas visual negara.
Kini, di masa Presiden Prabowo Subianto, publik kembali melihat perubahan warna pesawat kepresidenan. Warna pesawat orang nomor satu di Indonesia itu secara urut memperlihatkan warna putih, merah, dan putih kembali.
Meski belum diumumkan secara resmi alasan pergantian desain, Kepala Komunikasi Kepresidenan Hasan Nasbi menegaskan bahwa pengecatan ulang merupakan bagian dari pemeliharaan rutin.
Pernyataan Istana
Dia menyatakan bahwa pengecatan ulang bukanlah sesuatu yang luar biasa dalam lingkup pemeliharaan sarana transportasi negara.
“Terus terang saya belum ini, harus cek dulu ini soal kenapa pesawat kepresidenan mengganti warna. Tapi gini teman-teman, kalau kendaraan, pesawat, kapal itu kan pasti ada pemeliharaan rutin, maintenance rutin. Ya salah satu pemeliharanya juga ganti desain, ganti warna,” kata Hasan di agenda Gempita Double Check Live Stream, Sabtu (17/5/2025).
Lebih lanjut, dia menekankan bahwa perubahan warna atau desain seharusnya tidak perlu menjadi isu besar, selama masih dalam koridor yang wajar dan tidak mengubah simbol-simbol negara yang melekat pada kendaraan resmi kepresidenan.
“Itu sebenarnya bukan hal yang perlu dibesar-besarkan dan harus dicarikan alasannya. Kalau misalnya biasanya mobil kepersidenan warna hitam, hari ini mobil kepersidenan warna putih, ya nggak apa-apa. Nanti kalau merah putihnya, desainnya seperti apa, nanti tetap merah putih, desainnya beda lagi tapi tetap merah putih,” jelasnya.
Hasan juga mengilustrasikan perubahan ini seperti halnya ketika seseorang mengecat ulang rumahnya—sebuah tindakan yang lumrah dan bagian dari perawatan jangka panjang terhadap aset.
“Itu cuma soal desain, soal maintenance dan soal perawatan. Dicat ulang itu biasa, kayak rumah kita juga. Dicat ulang juga, juga biasa,” katanya.
Namun demikian, saat ditanya mengenai rincian anggaran yang dikeluarkan untuk proses pergantian warna tersebut, Hasan mengaku belum memiliki informasi lengkap dan masih akan melakukan pengecekan lebih lanjut.
Hasan berharap publik dapat memahami bahwa perubahan tampilan pesawat kepresidenan merupakan bagian dari siklus pemeliharaan standar, dan bukan merupakan kebijakan yang perlu diperdebatkan secara berlebihan.
“Jadi itulah kira-kira kalau mengenai berapa biayanya, nanti kita cek lagi ya. Saya belum mendapatkan informasi soal itu,” pungkas Hasan.