Duka Keluarga Korban
Beberapa jam setelah kecelakaan, anggota keluarga berkumpul di area kedatangan bandara, beberapa menangis dan berpelukan saat relawan Palang Merah membagikan selimut. Banyak korban tampaknya adalah penduduk daerah sekitar yang baru kembali dari liburan, kata pejabat.
Anggota keluarga berteriak dan menangis saat seorang petugas medis mengumumkan nama-nama korban yang diidentifikasi berdasarkan sidik jari mereka.
Seorang kerabat berdiri di depan mikrofon untuk meminta informasi lebih lanjut dari pihak berwenang. "Kakak laki-laki saya meninggal dan saya tidak tahu apa yang terjadi," katanya.
Kendaraan jenazah berbaris di luar untuk membawa jenazah, dan pihak berwenang mengatakan kamar mayat sementara telah didirikan.
Seorang pejabat kementerian transportasi mengatakan menara pengawas telah mengeluarkan peringatan serangan burung dan tak lama setelah itu pilot mengumumkan mayday dan kemudian mencoba mendarat dari arah yang berlawanan dengan kedatangan pesawat.
Kantor berita News1 melaporkan, seorang penumpang mengirim pesan singkat kepada seorang kerabatnya untuk mengatakan bahwa ada burung yang tersangkut di sayap pesawat. Pesan terakhir orang tersebut adalah, "Haruskah saya mengucapkan kata-kata terakhir saya?"
Baca Juga
Jeon Je-young, ayah seorang wanita berusia 71 tahun di dalam pesawat, memutar dan memutar ulang video kecelakaan tersebut.
"Ketika saya melihat video kecelakaan tersebut, pesawat tampak tidak terkendali. Pilot mungkin tidak punya pilihan selain melakukannya. Putri saya, yang baru berusia pertengahan 40-an, berakhir seperti ini. Ini tidak dapat dipercaya," katanya. "Dia hampir sampai di rumah."
Model Boeing yang terlibat dalam kecelakaan tersebut, 737-800, adalah salah satu pesawat paling banyak diterbangkan di dunia dengan catatan keselamatan yang secara umum baik. Pesawat ini dikembangkan jauh sebelum varian MAX yang terlibat dalam krisis keselamatan Boeing baru-baru ini.
Kementerian Perhubungan Korea Selatan menuturkan, pesawat yang tatuh tersebut diproduksi pada tahun 2009. Adapun, Kedua mesin CFM56-7B26 diproduksi oleh CFM International, sebuah usaha patungan antara GE Aerospace dan Safran dari Prancis kata kementerian transportasi
Boeing mengatakan dalam pernyataan melalui email bahhwa pihaknya sedang menghubungi Jeju Air terkait penerbangan 2216 dan siap untuk mendukung maskapai tersebut.
"Kami menyampaikan belasungkawa sedalam-dalamnya kepada keluarga yang kehilangan orang terkasih, dan pikiran kami tetap bersama para penumpang dan awak," kata Boeing.
Seorang juru bicara CFM mengatakan, "Kami sangat sedih atas hilangnya penerbangan Jeju Air 2216. Kami menyampaikan simpati yang tulus kepada keluarga dan orang-orang terkasih dari mereka yang berada di dalam pesawat."