Bisnis.com, JAKARTA - Penjabat Presiden Korea Selatan, Choi Sang-mok mengumumkan masa berkabung nasional atas kecelakaan pesawat Jeju Air yang menewaskan sedikitnya 177 orang, dengan dua orang masih hilang.
Mengutip Kantor Berita Yonhap pada Senin (30/12/2024) pengumuman itu disampaikan selama rapat keselamatan darurat yang diadakan beberapa jam setelah sebuah pesawat jet penumpang yang membawa 181 orang mendarat darurat dan meledak di sebuah bandara di Muan, sebuah daerah di barat daya Korea Selatan. Dua awak pesawat selamat dari insiden itu.
"Kami menyampaikan belasungkawa dan simpati yang terdalam kepada keluarga yang ditinggalkan dari mereka yang kehilangan nyawa dalam tragedi yang tak terduga ini," kata Choi.
Choi mengumumkan masa berkabung nasional selama tujuh hari, yang berlaku mulai Minggu, dan berlangsung hingga tengah malam pada Sabtu mendatang.
Altar peringatan akan didirikan di lokasi kecelakaan serta di 17 kota dan provinsi, termasuk Seoul dan kota Gwangju di barat daya, kata kementerian keuangan.
Pejabat publik akan mengenakan pita duka sebagai tanda penghormatan bagi para korban, tambah kementerian tersebut.
Choi juga telah menetapkan Muan sebagai zona bencana khusus, sehingga memenuhi syarat untuk mendapatkan dukungan negara.
"Kami akan memberikan semua bantuan yang diperlukan untuk upaya pemulihan, dukungan bagi keluarga yang ditinggalkan, dan perawatan medis bagi yang terluka," ungkapnya.
Penjabat presiden selanjutnya menginstruksikan lembaga terkait untuk mengerahkan semua sumber daya yang tersedia, termasuk peralatan, personel, dan infrastruktur.
Choi selanjutnya berjanji untuk menyelidiki secara menyeluruh penyebab kecelakaan dan segera mengungkapkan temuan tersebut kepada keluarga yang ditinggalkan dan publik dengan transparansi penuh.
Choi, yang juga menjabat sebagai wakil perdana menteri untuk urusan ekonomi dan menteri keuangan, mulai memangku jabatan pimpinan sementara pada Jumat setelah penangguhan tugas Presiden sementara Han Duck-soo oleh Majelis Nasional.
Han dimakzulkan kurang dari dua minggu setelah ia mengambil alih jabatan Presiden Yoon Suk Yeol pada tanggal 14 Desember, yang dimakzulkan karena kesalahannya dalam menangani darurat militer.