Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Profil Muhammad Yunus, Peraih Nobel yang Jadi Pemimpin Bangladesh

Muhammad Yunus ditetapkan sebagai kepala pemerintahan sementara Bangladesh pada Selasa (6/8/2024), usai penggulingan Perdana Menteri Sheikh Hasina.
Muhammad Yunus/Bloomberg-Fabeha Monir
Muhammad Yunus/Bloomberg-Fabeha Monir

Bisnis.com, JAKARTA – Muhammad Yunus ditetapkan sebagai kepala pemerintahan sementara Bangladesh pada Selasa (6/8/2024), usai penggulingan Perdana Menteri Sheikh Hasina.

Dilansir Bloomberg pada Selasa (6/8/2024), aksi unjuk rasa terus terjadi di Bangladesh beberapa pekan belakangan. Bentrokan antara pengunjuk rasa dan petugas keamanan memakan korban jiwa lebih dari 300 orang, yang menjadikan kekerasan terburuk dalam sejarah Bangladesh.

Akibatnya, Sheikh Hasina memilih mundur dari jabatannya dan kabur ke luar negeri. Kubu militer kemudian mendukung Yunus sebagai pemimpin sementara Bangladesh.

Selama beberapa tahun terakhir, Yunus menghabiskan sebagian besar waktunya di ruang sidang karena didakwa sekitar 200 tuduhan termasuk tuduhan pencucian uang dan korupsi.

Yunus mengklaim, pemerintahan Hasina berada di balik deretan tekanan hukum tersebut. Hasina sendiri membantah tuduhan itu.

Yunus merupakan peraih Nobel Perdamaian karena usahanya untuk mengangkat standar hidup kaum papa. Pria berusia 84 tahun itu dikenal sebagai pendiri Bank Grameen sebuah perusahaan perintis di bidang kredit mikro.

Lewat Bank Grameen, Yunus memberikan pinjaman usaha kecil kepada masyarakat termiskin di seluruh penjuru dunia yang sebagian besar adalah perempuan.

Meskipun banyak habiskan waktu di hadapan publik, politik merupakan bidang yang pernah belum dijelajahi Yunus.

Meski demikian, pada tahun 2007, pemerintahan Bangladesh terpecah dan militer mengambil alih kekuasaan. Yunus, yang belum pernah mencalonkan diri, mempertimbangkan untuk membentuk partai baru untuk mengisi kekosongan tersebut namun batalkan wacana tersebut.

Dia merupakan sosok yang populer di antara para pejabat pemerintahan di negara-negara Barat. Sebagai contoh, Yunus bersahabat dekat dengan bangsawan Eropa hingga para konglomerat seperti mantan CEO Unilever Plc Paul Polman.

“Dia adalah suara dari orang-orang yang tertinggal,” kata Paul Polman.

Reputasinya membuat dia populer di setiap lapisan masyarakat Bangladesh, termasuk militer yang sebelumnya dukung Yunus terjun ke dunia politik. Setelah memenangkan Nobel Perdamaian pada 2006, ribuan rakyat Bangladesh kerap menunggu untuk dengar pidato Yunus.

Beberapa pekan terakhir, dia banyak menentang kekerasan yang terjadi di Bangladesh karena dianggap sebagai ancaman terhadap demokrasi. Setelah ditunjuk sebagai pemimpin pemerintahan sementara, belum jelas apakah Yunus akan turut menjadi kandidat dalam pemilu selanjutnya.

“Saya bukan politisi,” kata Yunus dalam sebuah wawancara awal tahun ini. “Itu adalah hal terakhir yang akan saya lakukan.” 


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper