Bisnis.com, JAKARTA -- Suara Partai Solidaritas Indonesia (PSI) tiba-tiba melonjak ketika mayoritas partai parlemen maupun non parlemen mengalami stagnasi bahkan penurunan persentase suara.
Bisnis telah mencermati lonjakan suara PSI itu sejak tanggal 20 Februari 2024. Pada Senin pukul 06.00 WIB suara PSI masih di kisaran angka 2,54% dengan persentase suara yang masuk sebesar 57,94%. Angka itu cenderung stagnan sampai akhirnya pada tanggal 26 Februari 2024, pukul 04.00 WIB, suara PSI telah berada di angka 2,68%.
Sejak saat itu, suara PSI mulai secara simultan mengalami kenaikan yang cukup eksponensial. Hanya sehari berselang, suara PSI telah mencapai 2,75% atau secara persentase naik 0,87% hampir 1%.
Tren itu terus berlangsung, pada tanggal 28 Februari suara PSI telah menembus angka 2,79%. Pada hari berikutnya, 29 Februari 2024, suara PSI di angka 2,85%. Puncaknya, pada tanggal 1 Maret, perolehan suara PSI telah menembus angka 3% dan semakin mendekati ambang batas parlemen atau parliamentary threshold di angka 4%.
Namun demikian, lonjakan suara PSI kemudian menuai polemik. Ada dugaan pengaturan suara di balik lonjakan suara PSI yang sangat eksponensial. Apalagi, hal itu terjadi di tengah tren suara partai-partai lain yang cenderung stagnan atau bahkan turun secara persentase.
PDIP misalnya yang sampai sekarang berada di peringkat pertama, secara persentase suaranya terus tergerus dari 16,52% pada tanggal 26 Februari, menjadi hanya sebesar 16,44% pada tanggal 1 Maret. PPP juga mengalami nasib serupa, suaranya jeblok dari 4,04% menjadi 3,97% pada periode yang sama.
Baca Juga
Menariknya setelah disorot oleh berbagai pihak, persentase suara PSI perlahan bergerak melambat. Penambahan suara PSI tidak lagi agresif. Pada tanggal 2 Maret lalu, persentase suara PSI berada di angka 3,12%. Hingga tanggal 4 Maret 2024, suara PSI masih berada di angka 3,13%.
Publikpun kemudian mengaitkan fenomena lonjakan suara PSI itu dengan pernyataan Deputi Tim Pemenangan Nasional (TPN) Ganjar-Mahfud, Andi Widjajanto, dalam sebuah podcast beberapa waktu lalu. Andi secara terbuka mengungkap pernyataan Prisiden Joko Widodo alias Jokowi tentang PSI.
Jokowi, kata Andi, dalam sebuah kesempatan mengungkapkan 3 pernyataan kepadanya terkait jalannya Pemilu 2024, mulai dari Prabowo-Gibran akan menang, PSI masuk parlemen dan suara PDIP akan turun.
Adapun pernyataan itu telah dibantah oleh kubu Istana. Menteri Sekretaris Negara alias Mensesneg Pratikno menegaskan bahwa kabar atau pernyataan bekas koleganya itu tidak benar. Meski demikian, jika menilik data terakhir, dua dari pernyataan Andi Widjajanto telah terbukti. Suara PDIP untuk sementara tergerus dan Prabowo-Subianto berpotensi memenangkan Pemilu 2024.
Operasi Senyap?
Sementara itu, Ketua Majelis Pertimbangan Partai Persatuan Pembangunan (PPP) Romahurmuziy memperkuat adanya ketidakberesan dalam proses pemilu, khususnya dalam kasus penghitungan suara PSI. Ia secara spesifik bahkan meminta penghentian operasi penggelembungan suara PSI pada Pemilu 2024.
Romy mengklaim telah mendengar sejak sebelum pemilu, ada operasi pemenangan PSI yang dilakukan aparat dengan menarget kepada penyelenggara pemilu daerah, agar PSI memperoleh 50.000 suara di tiap kabupeten/kota di Pulau Jawa, dan 20.000 suara di tiap kabupaten/kota di luar Pulau Jawa.
Operasi ini dilakukan dengan menggunakan jejaring ormas kepemudaan tertentu, yang pernah dipimpin salah seorang menteri untuk memobilisasi suara PSI.
“Setidaknya itu yang saya dengar dari salah satu aktivisnya, yang diberikan pembiayaan langsung oleh aparat sebelum pemilu. Namun hal ini sepertinya tidak berjalan dengan mulus sehingga perolehan berdasarkan quick count (QC) jauh di bawah harapan lolos parliamentary threshold (PT),” ujar Romy dalam siaran resmi TPN, Minggu (3/3/2024).
Akurasi QC, menurut Romy, survei senior adalah plus-minus 1%, sehingga untuk lolos PT 4% dibutuhkan setidaknya angka QC lebih dari 3%. Artinya, kalau sebuah partai mendapat QC 3%, dalam riil count dapat dibenarkan jika mendapat 4%, atau bisa juga sebaliknya bisa dibenarkan jika hanya mendapat 2%. Sedangkan angka di seluruh lembaga survei, QC PSI tertinggi kurang lebih 2,95%.
Berdasarkan penghitungan cepat atau quick count Lembaga Survei Indonesia per Kamis (15/2/2024), PSI hanya memperoleh suara 2,8% dalam Pemilihan Legislatif (Pileg) 2024.
Sementara itu, berdasarkan penghitungan cepat Indikator Politik, PSI hanya mengantongi 2,8% suara dalam Pileg 2024 secara nasional.
Begitu juga dengan data penghitungan cepat oleh Poltracking Indonesia dimana perolehan suara PSI dalam Pileg 2024 hanya mencapai 2,89% atau batas atasnya di angka 3,05%.
Romy, mengklaim telah mendapat informasi ada upaya pelolosan PSI ke parlemen dengan 2 modus yakni, memindahkan suara partai yang jauh lebih kecil, yang jauh dari lolos PT kepada coblos gambar partai tersebut dan/atau memindahkan suara tidak sah menjadi coblos gambar partai tersebut.
“Setelah melihat Sirekap beberapa hari terakhir, mulai muncul keanehan-keanehan yang disinyalir oleh beberapa surveyor seperti Prof Burhan Muhtadi dan Yunarto Wijaya,” katanya.
Sementara itu, Komisioner KPU Idham Holik saat dikonfirmasi tak menjelaskan apapun mengenai fenomena lonjakan suara PSI. Idham justru menjelaskan secara prosedural, tentang proses rekapitulasi suara di KPU. "KPU nanti pasca rekapitulasi tingkat nasional baru akan mengumumkan suara peserta Pemilu Serentak 2024."
Kenapa Hanya PSI?
Ketua Dewan Pembina PSI Grace Natalie menilai penambahan suara PSI saat KPU melakukan rekapitulasi hasil penghitungan perolehan suara Pemilu 2024 adalah sesuatu yang wajar. Dia mengingatkan semua pihak agar tidak tendensius dalam menyikapi penambahan suara untuk PSI.
“Penambahan termasuk pengurangan suara selama proses rekapitulasi adalah hal wajar. Yang tidak wajar adalah apabila ada pihak-pihak yang mencoba menggiring opini dengan mempertanyakan hal tersebut,” kata Grace Natalie dalam siaran resmi PSI di Jakarta, Sabtu (2/3/2024).
Dia menambahkan berbagai kemungkinan masih dapat terjadi selama KPU masih merekapitulasi suara para pemilih dalam Pemilu 2024.
Rekapitulasi suara sementara KPU menunjukkan PSI, partai yang saat ini dipimpin oleh putra bungsu Presiden Joko Widodo Kaesang Pangarep, memperoleh 3,13 persen suara dari pemilihan anggota DPR RI per Sabtu pukul 12.00 WIB. Dalam periode waktu itu, suara yang terhitung mencapai 65,73 persen.
Dengan demikian, PSI hanya membutuhkan kurang dari satu persen suara, tepatnya 0,87 persen suara, untuk dapat mencapai ambang batas parlemen (parliamentary threshold) empat persen. Jika berhasil mencapai ambang batas, maka untuk pertama kalinya, PSI dapat menduduki kursi DPR RI di Senayan.
Terkait itu, Grace optimis partainya dapat mencapai ambang batas parlemen.
"Apalagi hingga saat ini masih lebih dari 70 juta suara belum dihitung dan sebagian besar berada di basis-basis pendukung Jokowi di mana PSI mempunyai potensi dukungan yang kuat,” kata Ketua Dewan Pembina PSI.
Dalam beberapa hasil hitung cepat (quick count) lembaga survei, salah satunya dari Indikator, PSI memperoleh 2,66 persen suara, sementara hasil rekapitulasi sementara KPU (real count) 3,13 persen. Ada perbedaan sampai 0,47 persen dari dua perhitungan itu.
Grace menilai perbedaan itu tidak hanya dialami PSI, tetapi juga partai-partai lain. Grace menyebut dari hasil quick count Indikator, suara PKB dan Partai Gelora juga lebih besar di rekapitulasi suara KPU dibandingkan dengan hasil hitung cepat.
“Kenapa yang disorot hanya PSI? Bukankah kenaikan dan juga penurunan terjadi di partai-partai lain? Dan itu wajar karena penghitungan suara masih berlangsung."