Bisnis.com, JAKARTA -- Calon Presiden (Capres) nomor urut 03 Ganjar Pranowo mengaku risih dengan adanya upaya intervensi yang masih terjadi di lapangan menjelang hari pencoblosan pemilihan umum (Pemilu) 2024.
Intervensi tersebut, kata Ganjar mulai dari upaya menekan rektor dan penurunan alat peraga kampanye (APK) oleh oknum yang tidak bertanggung jawab.
Hal ini disampaikannya usai menghadiri kegiatan kampanye akbar “Hajatan Rakyat” di Banyuwangi, Jawa Timur, Kamis (8/2/2024)
Menurutnya, upaya tersebut mengisyaratkan bahwa kondisi belum aman bagi pihak yang mengklaim, karena upaya ‘mengejar ketertinggalan’ terus dilakukan terhadap paslon nomor 3.
"Kalau dari yang kami lakukan, kita menang di sini gitu ya. Kalau kemudian harus bekejar-kejaran, memang ada kekuatan yang mengejar kami gitu ya. Dan kondisi itu bukan tidak bisa dirasakan, kami merasakan itu di mana-mana," ujarnya dalam rilis yang diterima Bisnis, Kamis (8/2/2024).
Kekuatan yang dimaksud, lanjut Ganjar, salah satunya yang terjadi pada Rektor Universitas Katolik (Unika) Soegijapranata Semarang, Ferdinandus Hindarto. Ferdinandus mengaku didatangi oleh oknum polisi untuk membuat testimoni positif keberhasilan pemerintahan Joko Widodo (Jokowi).
Baca Juga
"Maka kalau ada Pak Rektor Unika diminta membuat video dia enggak mau, tetapi rektor yang lain kemudian mau, itulah kondisi yang kita sudah tahulah," katanya.
Padahal, dia meyakini bahwa sepatutnya agar instansi pendidikan dapat lantang bersuara dengan kebebasan mimbar akademiknya.
Ganjar juga angkat suara terkait alat peraga kampanye (APK) pihaknya yang banyak diturunkan di berbagai tempat, termasuk di Banyuwangi ini. Dia mengajak pendukungnya untuk melaporkan hal tersebut apabila melihat langsung upaya penurunan APK paslon nomor urut 3.
"Laporkan saja apalagi kalau media tahu yang nyopot, laporkan dan Bawaslu boleh bertindak," pungkas Ganjar.