Bisnis.com, JAKARTA - Israel mengebom kota utama Gaza Selatan pada Senin (11/12/2023) setelah Hamas memperingatkan tidak ada sandera Israel yang akan meninggalkan wilayah itu hidup-hidup kecuali tuntutan pembebasan tahanan dipenuhi.
Melansir CNA, Hamas memicu konflik ketika kelompok tersebut melakukan serangan paling mematikan terhadap Israel pada 7 Oktober, menewaskan 1.200 orang, menurut data Israel, dan menyandera sekitar 240 orang saat kembali ke Gaza.
Israel membalas dengan serangan militer yang telah menghancurkan sebagian besar wilayah Gaza dan menewaskan sedikitnya 17.997 orang, sebagian besar perempuan dan anak-anak, menurut kementerian kesehatan yang dikelola Hamas.
Serangan Israel pada hari ini menghantam Kota Khan Yunis, sementara militan Jihad Islam mengatakan mereka telah meledakkan sebuah rumah di mana tentara Israel sedang mencari terowongan.
Tentara melaporkan tembakan roket dari Gaza ke Israel pada hari Senin (11/12/2023), dan mengatakan pertempuran sengit telah terjadi pada hari Minggu (10/12/2023) di sekitar Kota Gaza dan Khan Yunis.
Hamas pada hari Minggu (10/11/2023), memperingatkan bahwa Israel tidak akan menerima “tahanan mereka hidup-hidup tanpa pertukaran dan negosiasi serta memenuhi tuntutan perlawanan”.
Baca Juga
Israel mengatakan masih ada 137 sandera di Gaza, sementara para aktivis mengatakan sekitar 7.000 warga Palestina berada di penjara Israel.
Pengeboman dan bentrokan hebat selama berbulan-bulan telah menyebabkan sistem kesehatan di Gaza berada di ambang kehancuran, dengan sebagian besar rumah sakit tidak lagi berfungsi dan hampir dua juta orang mengungsi.
Setidaknya 30.000 orang berlindung di tengah reruntuhan setelah pasukan Israel menggerebek fasilitas medis tersebut bulan lalu.
“Hidup kami seperti di neraka, tidak ada listrik, tidak ada air, tidak ada tepung, tidak ada roti, tidak ada obat untuk anak-anak yang semuanya sakit,” kata Mohammed Daloul, 38, yang melarikan diri ke sana bersama istri dan tiga anaknya.