Bisnis.com, JAKARTA — Peneliti Utama Indikator Politik Indonesia, Burhanuddin Muhtadi berpendapat pemilihan presiden (Pilpres) 2024 bakal digelar dua putaran berbasis pada asumsi perolehan suara atau elektabilitas saat ini.
Lewat simulasi surat suara 3 pasangan capres-cawapres yang diadakan pada periode 23 November sampai dengan 1 Desember 2023, elektabilitas Prabowo-Subianto baru berada di level 45,8%, kendati naik signifikan dari survei bulan sebelumnya.
“Dari data ini yang bisa saya sampaikan belum terjadi satu putaran seperti yang diklaim beberapa lembaga survei karena suara Pak Prabowo-Gibran belum mencapai 50% plus satu,” kata Burhanuddin saat konferensi pers daring, Sabtu (9/12/2023).
Kendati demikian, Burhanuddin mengakui, terjadi peningkatan elektabilitas yang signifikan dari Prabowo-Subianto dibandingkan dengan periode survei sebelumnya yang berada di level 39,7%.
Simulasi yang diadakan Indikator ini menggunakan metode simple random sampling, ukuran sampel basis 1.200 responden dengan toleransi kesalahan atau margin of error (MoE) sekitar 2,9% pada tingkat kepercayaan 95%.
Jumlah sampel basis itu terdistribusi secara proporsional di 15 provinsi yakni Aceh, Sumatera Utara, Riau, Sumatera Selatan, Lampung, DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Banten, Bali, NTT, Kalimantan Barat, Sulawesi Selatan dan Papua. Dengan demikian, total sampel yang dihimpun sebanyak 5.380 responden.
Baca Juga
Ganjar dan Anies Turun
Burhanuddin menerangkan, elektabilitas Ganjar Pranowo-Mahfud MD justru mengalami penurunan yang signifikan ke level 25,6%, dari posisi sebelumnya di angka 30%.
Setali tiga uang, hasil survei elektabilitas Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar turut mengalami penurunan, kendati tidak terlalu lebar.
Elektabilitas capres-cawapres nomor urut 1 itu berada di kisaran 22,8%, turun tipis dari posisi survei bulan sebelumnya di level 24,4%.
“Suara undecided tinggal 5,8%, kalau dibagi proporsional suara undecided tidak lantas membuat suara pak Prabowo unggul 1 putaran,” kata dia.