Bisnis.com, JAKARTA - Kontraktor pertahanan Amerika Serikat (AS) mulai mendapatkan peningkatan keuntungan sejak invasi Rusia ke Ukraina pada tahun lalu, seiring pemerintah AS mengisi ulang persediaan ke Ukraina dan negara-negara seluruh Eropa mempersenjatai diri untuk mewaspadai agresi Rusia.
Perusahaan pertahanan AS seperti Lockheed Martin (LMT.N), General Dynamics (GD.N), dan lainnya memperkirakan pesanan yang ada untuk ratusan ribu peluru artileri, ratusan pencegat rudal Patriot, dan lonjakan pesanan kendaraan lapis baja pada bulan-bulan mendatang.
Adapun, kontrak-kontrak baru untuk memasok Ukraina secara langsung, atau mengisi ulang senjata-senjata AS yang dikirim ke Ukraina, telah ditandatangani akhir tahun lalu, dan kini pendapatan mengalir ke kontraktor-kontraktor pertahanan besar.
Untuk diketahui, Lockheed, General Dynamics, dan RTX melaporkan hasil yang lebih baik dari yang diharapkan dalam beberapa hari terakhir. Para eksekutif memperkirakan baik konflik di Ukraina maupun perang Israel dengan Hamas akan meningkatkan permintaan jangka pendek.
"Kami telah beralih dari 14.000 butir peluru [artileri] per bulan menjadi 20.000 butir peluru dengan sangat cepat. Kami bekerja lebih cepat dari jadwal untuk mempercepat kapasitas produksi hingga 85.000, bahkan mencapai 100.000 peluru per bulan," jelas Chief Financial Officer General Dynamics, Jason Aiken.
Aiken juga menuturkan bahwa situasi Israel hanya akan meningkatkan tekanan pada permintaan tersebut.
Baca Juga
Unit Sistem Tempur General Dynamics, yang memproduksi kendaraan lapis baja, tank, dan artileri yang digunakan oleh Ukraina, memperoleh pendapatan yang meningkat, hampir sebesar 25% dibandingkan periode yang sama pada tahun sebelumnya.
RTX, yang memproduksi roket AMRAAM yang digunakan di Ukraina, mengatakan bahwa mereka telah menerima pesanan senilai US$3 miliar sejak invasi Rusia pada Februari 2022. Pesanan tersebut terkait dengan pengisian persediaan Ukraina dan AS, dan diperkirakan pesanan akan lebih banyak lagi.
Northrop Grumman pada penjualan kuartal III/2023 untuk sistem pertahanan juga meningkat 6% karena tingginya permintaan amunisi dan motor roket, yang memiliki peran penting dalam mendukung upaya pertahanan Ukraina melawan Rusia.
Adapun, hal ini juga menjadi bagian dari tren global, dimana Saab Swedia diketahui meningkatkan proyeksi penjualan tahun penuhnya berdasarkan permintaan pertahanan yang kuat, dan Rheinmetall Jerman menuturkan bahwa laba kuartal III/2023 melonjak berkat permintaan tinggi akan senjata dan amunisi.
Di lain sisi, Presiden AS Joe Biden ketika mengajukan permintaan untuk dana baru sebesar US$106 miliar untuk Ukraina, Israel, wilayah Indo-Pasifik, dan penegakan perbatasan, menyebutkan bahwa sebagian permintaan tambahan tersebut akan diberikan kepada perusahaan yang mengisi produksi senjata AS yang dikirim ke luar negeri.
Biden juga menyebutkan rudal Patriot yang dibuat di Arizona, dan peluru artileri yang diproduksi di 12 negara bagian di seluruh negeri.
Namun, para eksekutif dari beberapa perusahaan pertahanan dalam pameran perdagangan terbaru memperingatkan bahwa kurangnya tenaga kerja terampil dan masalah rantai pasokan terus menghambat kemampuan perusahaan dalam memenuhi pesanan.