Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Uni Eropa: Perang Rusia vs Ukraina Ancaman Nyata!

Kepala Kebijakan UE Josep Borrell menggambarkan perang yang sedang berlangsung di Ukraina sebagai krisis eksistensial.
Kepala Kebijakan Luar Negeri Uni Eropa (UE) Josep Borrell dan Menteri Luar Negeri Ukraina Dmytro Kuleba menghadiri konferensi pers bersama setelah pertemuan para menteri luar negeri UE-Ukraina, di tengah serangan Rusia terhadap Ukraina, di Kyiv, Ukraina 2 Oktober 2023. REUTERS
Kepala Kebijakan Luar Negeri Uni Eropa (UE) Josep Borrell dan Menteri Luar Negeri Ukraina Dmytro Kuleba menghadiri konferensi pers bersama setelah pertemuan para menteri luar negeri UE-Ukraina, di tengah serangan Rusia terhadap Ukraina, di Kyiv, Ukraina 2 Oktober 2023. REUTERS

Bisnis.com, JAKARTA - Kepala Kebijakan Uni Eropa (UE) Josep Borrell menggambarkan perang yang sedang berlangsung di Ukraina sebagai “krisis eksistensial”.

“Mungkin hal ini tidak terlihat oleh semua orang di seluruh dunia, namun bagi kami, masyarakat Eropa, izinkan saya mengulanginya: ini adalah ancaman yang nyata,” kata Borrell pada pertemuan para menteri luar negeri UE di Kyiv pada Senin (2/10/2023).

Melansir BBC, dia menegaskan bahwa UE mendukung Ukraina, juga sekutu dan Amerika Serikat (AS).

UE telah mengumumkan bantuan militer dan sipil senilai lebih dari €70 miliar untuk Ukraina, yang akan tiba dalam beberapa tahun ke depan.

Borrell mengatakan bahwa “berkelanjutan dan dapat diprediksi” adalah hal yang diperjuangkan oleh blok tersebut dengan dukungan militer.

Sementara itu, Menteri Luar Negeri Prancis Catherine Colonna menggambarkan pertemuan hari Senin (2/10/2023) itu sebagai demonstrasi dukungan UE yang tegas dan abadi terhadap Ukraina, hingga Ukraina bisa menang.

“Ini juga merupakan pesan kepada Rusia bahwa mereka tidak boleh mengandalkan kelelahan kami. Kami akan berada di sana untuk waktu yang lama.”

Kesepakatan anggaran AS, yang bersifat sementara, tidak mencakup bantuan militer sebesar US$6 miliar untuk Kyiv. Namun Presiden Joe Biden, yang telah menyetujui bantuan militer senilai US$46 miliar sejak Rusia melancarkan invasi besar-besaran tahun lalu, mengatakan Kyiv dapat “mengandalkan” dukungan AS.

Politik elektoral akan berdampak pada dukungan terhadap Ukraina.

Kremlin mengatakan pihaknya yakin kelelahan akibat konflik akan semakin meningkat baik di Eropa maupun AS, namun Washington akan terus terlibat langsung dalam konflik tersebut.

Menteri Luar Negeri Ukraina Dmytro Kuleba mengatakan bahwa hal tersebut hanyalah sebuah “insiden” dan bukan sebuah contoh berkurangnya dukungan.

Partai Republik garis keras di AS menentang bantuan militer lebih lanjut untuk Ukraina, dan banyak di antara mereka yang secara terbuka menentang pendekatan Biden terhadap perang tersebut.

“Kami sekarang bekerja sama dengan kedua belah pihak di Kongres untuk memastikan hal ini tidak terulang lagi dalam keadaan apa pun,” kata Kuleba.

“Jadi kami tidak merasa dukungan AS telah hancur.”

Ukraina telah membuat beberapa kemajuan dalam melawan Rusia - memperluas penerobosan pertahanan Rusia di wilayah selatan Zaporizhzhia.

Negara ini juga mengalami kemajuan di sekitar Bakhmut setelah Rusia memindahkan beberapa pasukannya yang paling berpengalaman dari sana untuk memperkuat pertahanan lebih jauh ke selatan.

Namun kemajuan di lapangan lebih lambat dari yang diharapkan secara keseluruhan dan meskipun Ukraina dapat mengandalkan kemajuan militernya pada masa lalu sebagai mata uang politik, kini Ukraina harus memanfaatkan diplomasi lebih dari sebelumnya.

Berbicara kepada wartawan pada pertemuan Uni Eropa, Menteri Luar Negeri Jerman Annalena Baerbock menyerukan strategi untuk mengisolasi Ukraina dari serangan terhadap jaringan listrik negara itu, yang menyebabkan jutaan orang tidak memiliki alat pemanas pada musim dingin lalu.

“Ukraina memerlukan rencana perlindungan musim dingin berupa pertahanan udara, generator, dan penguatan pasokan energi,” katanya.

Namun ada keretakan yang muncul di Uni Eropa. Patut dicatat bahwa dua negara yang diketahui memiliki banyak masalah dengan Ukraina, Polandia dan Hongaria, belum mengirimkan menteri luar negerinya ke Kyiv, dan malah diwakili di tingkat negara bagian.

Dan pada akhir pekan seorang kandidat pro-Rusia memenangkan pemilihan parlemen di Slovakia, yang merupakan anggota UE.

Robert Fico, yang merupakan mantan perdana menteri, diperkirakan akan memulai pembicaraan koalisi mengenai pembentukan pemerintahan berikutnya.

Dia sebelumnya berjanji untuk segera mengakhiri dukungan militer untuk Ukraina.

Kuleba mengatakan "terlalu dini untuk menilai" dampak hasil pemilu terhadap negaranya.

Perkembangan politik di dalam UE – termasuk hasil pemilu Slovakia baru-baru ini, kampanye pemilu yang terpolarisasi di Polandia di mana dukungan Ukraina sedang diawasi, dan upaya Hongaria yang terus-menerus memblokir bantuan Barat – berarti tugas UE untuk menciptakan persatuan total dalam keanggotaannya akan jauh dari mudah. .


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Nancy Junita
Editor : Nancy Junita
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper