Bisnis, JAKARTA – Hari ini, 137 tahun lalu, merupakan momen bersejarah dengan lahirnya David Ben-Gurion. Tepat 16 Oktober 1886 bapak negara Israel itu lahir di Plonsk, Polandia, yang masuk Kekaisaran Rusia.
Ben-Gurion, lahir dengan nama David Gruen. Anak dari putra Victor Gruen, salah satu pemimpin gerakan Pencinta Zion di Płońsk, sebuah gerakan yang menyebarkan gagasan kembali ke tanah air asal mereka di kalangan orang Yahudi yang tertindas di Eropa Timur.
Seperti dikutip dari Britanicca, gerakan Zionisme membuat David Gruen muda terpesona. Dia yakin bahwa langkah pertama orang Yahudi yang ingin menghidupkan kembali Israel sebagai sebuah bangsa dengan cara berimigrasi ke Palestina.
Dia membulatkan tekat. Pada1906, Gruen yang berusia 20 tahun tiba di Palestina. Selama beberapa tahun dia bekerja sebagai petani. Dia tinggal di pemukiman pertanian Yahudi, di dekat pantai dan di Galilea, wilayah utara Palestina.
Setelah tinggal di Palestina, dia mengadopsi nama Ibrani kuno Ben-Gurion. Sebagai pionir di ‘tanah yang dijanjikan’, dia menderita. Termasuk terpapar malaria hingga kelaparan. Namun, dia tidak pernah kehilangan tujuan.
Setahun kemudian, dia mendirikan partai sosialis Zionis, bernama Poale Zion yang berarti pekerja Zion. Dia pun memasukan platform dalam partainya, “Partai ini menginginkan kemerdekaan politik orang-orang Yahudi di negeri ini.”
Baca Juga
Kemudian pecah Perang Dunia I. Para gubernur Turki di Palestina, daerah tersebut sebelum Perang Dunia I menjadi wilayah Kekaisaran Ottoman, curiga dengan aktivitas Zionis. Kemudian menangkap Ben-Gurion dan mengusirnya dari Ottoman.
Setelah diusir, dia melakukan perjalanan ke New York. Kemudian, dia bertemu dan akhirnya menikah dengan Pauline Munweis, wanita Yahudi kelahiran Rusia. Setelah Perang Dunia I berakhir, Inggris menggantikan kekuasaan Turki di Timur Tengah.
Dengan perubahan tersebut, para pemukim Yahudi di luar negeri mulai menyadari bahwa Zionisme dapat mengandalkan bantuan pmasa Inggris serta kelompok Yahudi Amerika yang kaya dan berpengaruh.
Menyusul penerbitan Deklarasi Balfour oleh pemerintah Inggris pada 2 November 1917, yang menjanjikan ‘rumah nasional’ atau negara bagi orang-orang Yahudi di Palestina.
Ben-Gurion pun mendaftar di Legiun Yahudi tentara Inggris, dan berlayar kembali ke Timur Tengah untuk bergabung dalam perang demi kepentingan Yahudi. Tujuannya pembebasan Palestina dari kekuasaan Ottoman.
Inggris telah mengalahkan Turki ketika Legiun Yahudi mencapai medan perang. Ketika Inggris menerima mandat atas Palestina, upaya mewujudkan ‘rumah nasional Yahudi’ telah dimulai.
Bagi Ben-Gurion ‘rumah nasional’ adalah sebuah langkah menuju kemerdekaan politik. Untuk melaksanakannya, dia menyerukan percepatan imigrasi Yahudi ke Palestina dalam upaya menjadikan landasan berdirinya negara Yahudi.
Inti dari organisasi tersebut adalah Histadrut—konfederasi pekerja Yahudi di Palestina yang didirikan pada 1920 oleh Ben-Gurion. Dia terpilih sebagai sekretaris jenderal pertama.
Histadrut dengan cepat menjadi kekuatan sentral dalam urusan sosial, ekonomi, hingga keamanan. Hal itu membuat serikat pekerja ini seperti negara di dalam negara.
Pada 1930, sejumlah faksi buruh bersatu dan mendirikan Mapai, Partai Pekerja Israel, dengan Ben-Gurion sebagai pemimpinnya. Pada 1935, dia terpilih sebagai Ketua Eksekutif Zionis, badan tertinggi Zionisme dunia, dan kepala Badan Yahudi, cabang eksekutif gerakan tersebut.
Kecemasan Warga Palestina
Ketika pemukiman Yahudi menguat dan memperdalam akarnya di Palestina, kecemasan meningkat di kalangan masyarakat Arab Palestina. Bahkan sering terjadi bentrokan sengit antara kedua komunitas tersebut.
Pada 1939, Inggris mengubah kebijakannya di Timur Tengah. Negara mencoba meninggalkan sikap simpatiknya terhadap orang Yahudi dan mengadopsi sikap simpatik terhadap orang Arab, yang menyebabkan pembatasan ketat terhadap imigrasi dan pemukiman Yahudi di Palestina.
Ben-Gurion bereaksi dengan menyerukan komunitas Yahudi untuk bangkit melawan Inggris, sehingga menandai dekade melawan Zionisme. Pada 12 Mei 1942, dia mengadakan konferensi darurat Zionis Amerika di New York City.
Konvensi tersebut memutuskan pembentukan persemakmuran Yahudi di Palestina setelah perang. Pada akhir Perang Dunia II, Ben-Gurion kembali memimpin komunitas Yahudi dalam perjuangan suksesnya melawan mandat Inggris.
Kemudian pada 14 Mei 1948, sesuai dengan keputusan Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), dengan dukungan dari Amerika, negara Zionis berdiri dengan nama Israel. Ben-Gurion menjadi penandatangan pertama Deklarasi Negara Israel.
Dia pun menjadi perdana menteri pertama. Sebagai perdana menteri, dia membantu membangun lembaga negara hingga memimpin proyek nasional yang bertujuan untuk pembangunan negara.
Ben-Gurion juga mengawasi penyerapan imigran Yahudi. Bagian utama dari kebijakan luar negerinya adalah meningkatkan hubungan dengan Jerman Barat melalui perjanjian reparasi sebagai kompensasi atas penyitaan properti Yahudi oleh Nazi selama Holocaust.
Pada 1954, dia sempat mengundurkan diri sebagai perdana menteri dan menteri pertahanan. Namun, dia tetap menjadi anggota Knesset. Dia kembali sebagai menteri pertahanan pada 1955.
Pada tahun itu, dia kembali menjadi perdana menteri, setelah pemilu 1955. Dia memimpin operasi pembalasan Israel terhadap serangan gerilya Arab, dan invasi ke Mesir bersama dengan Inggris dan Perancis selama Krisis Suez pada 1956.
Dia mengundurkan diri dari jabatannya pada 1963, dan pensiun dari kehidupan politik pada 1970. Dia kemudian pindah ke daerah yang sederhana, pondok di Sde Boker, sebuah Kibbutz di gurun Negev, tempat dia tinggal sampai kematiannya.
Secara anumerta, Ben-Gurion dinobatkan sebagai salah satu dari 100 Orang Paling Penting abad ke-20 versi majalah Time.