Bisnis.com, JAKARTA - Amerika Serikat (AS), Jepang dan Filipina akan menggelar latihan maritim di Laut China Selatan, dalam latihan pertama antara ketiga negara.
Adapun latihan itu akan dilakukan di perairan Provinsi Bataan, Filipina, yang akan dimulai pada Kamis (1/6/2023) dan berlangsung hingga Rabu pekan depan.
Latihan tersebut dilakukan ketika Washington meningkatkan diplomasi militer di kawasan itu, lebih sering melakukan latihan perang dengan sekutu dan mitra di Laut China Selatan, perairan di sekitar Taiwan, serta Pasifik barat.
Selain itu, latihan maritim dari ketiga negara itu juga dilakukan pada saat meningkatnya kekhawatiran tentang aktivitas China di wilayah tersebut. China telah meningkatkan latihan militernya di perairan strategis.
Sementara itu, Indonesia telah melakukan latihan militer dengan Laos, Singapura dan Kamboja pada tahun ini, seperti dilansir dari Aljazeera, pada Kamis.
Selanjutnya, juga akan mengirim kapal perang ke latihan angkatan laut multilateral yang diselenggarakan oleh Indonesia pada bulan ini.
Baca Juga
Juru bicara penjaga pantai Filipina Armand Balilo, mengatakan bahwa latihan trilateral tersebut merupakan inisiatif dari AS dan Jepang, sementara Australia akan bergabung sebagai pengamat, pada Senin (29/5/2023).
Dia menyampaikan bahwa 4 kapal Filipina dan masing-masing 1 dari AS dan Jepang akan berpartisipasi dalam latihan yang dirancang untuk meningkatkan kerja sama pencarian dan penyelamatan serta penegakan hukum.
Filipina didekati oleh Jepang dan AS untuk mengadakan latihan maritim bersama pada Februari, bulan yang sama ketika Manila menuduh China melakukan kegiatan agresif di Laut China Selatan, yang diklaim Beijing hampir secara keseluruhan.
“Ini adalah kegiatan rutin yang biasa dilakukan oleh lembaga penjaga pantai. Tidak ada salahnya mengadakan latihan dengan rekan-rekan Anda," lanjutnya.
AS, Jepang, dan Australia sering mengutuk militerisasi China di Laut China Selatan, dan telah berusaha untuk terlibat lebih dekat dengan Filipina sejak Ferdinand Marcos Jr mengambil alih jabatan presiden dari pendahulunya yang pro-China, Rodrigo Duterte, pada tahun lalu.