Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Tragedi Trisakti dan Kerusuhan 13-15 Mei 1998, Sejarah Kelam Reformasi Indonesia

Tanggal 12-15 Mei 1998 menjadi momen mencekam dalam sejarah politik di Indonesia. Terjadi Tragedi Trisakti dan kerusuhan di berbagai daerah pada periode itu.
Tragedi Trisakti dan kerusuhan 13-15 Mei 1998/Antara
Tragedi Trisakti dan kerusuhan 13-15 Mei 1998/Antara

Tragedi Trisakti dan Kerusuhan 13-15 Mei 1998, Sejarah Kelam Reformasi Indonesia

Kerusuhan 13-15 Mei 1998

Pada 13 Mei 1998 mahasiswa Universitas Trisakti kembali melakukan unjuk rasa sebagai protes atas tindakan represif aparat.

Lagi-lagi demonstrasi itu berujung ricuh hingga pos polisi di Terminal Grogol dirusak oleh oknum. Tak hanya di Trisakti, demonstrasi juga meluas ke daerah lain di Jakarta.

Nilai tukar Rupiah terhadap dolar AS pun kian merosot menjadi Rp11.500. Tuntutan agar Presiden Soeharto mundur pun makin kencang.

Meski aksi massa meluas, demonstrasi pada 13 Mei 1998 masih terbilang kondusif dan tertib.

Keesokan harinya, pada 14 Mei 1998, demonstrasi makin membesar lagi dan nyaris terjadi di seluruh wilayah Jakarta.

Pada hari ini kerusuhan tak terhindarkan lagi. Terjadi pengrusakan, penjarahan, dan pembakaran fasilitas umum, gedung perkantoran, mall, pertokoan, serta kendaraaan yang dilakukan oleh oknum massa.

Kerusuhan juga terjadi di luar Jakarta, seperti di Bogor, Solo, Yogyakarta, Padang, dan Palembang.

Rumah masyarakat keturunan Tionghoa menjadi sasaran amuk massa. Namun tak sedikit pula rumah pribumi yang menjadi korban pengrusakan serta penjarahan.

Tindak kriminal pun meningkat karena terjadi kekerasan fisik, pelecehan, hingga pemerkosaan massal pada 14 Mei 1998.

Hari itu pun dianggap sebagai hari paling rusuh dalam rentetan peristiwa Reformasi Mei 1998.

Selanjutnya pada 15 Mei 1998 kerusuhan dan kekacauan masih terjadi, namun cenderung lebih kecil daripada hari sebelumnya.

Salah satu peristiwa yang paling membekas pada hari itu adalah pembakaran Toserba Yogya yang menyebabkan ratusan korban meninggal dunia.

Situasi mulai mereda saat Presiden Soeharto yang tiba dari Kairo menyampaikan bersedia untuk lengser keprabon (turun takhta) apabila masyarakat tak lagi percaya padanya.

Aksi massa masih terjadi pasca 15 Mei 1998, meski intensitas dan luas wilayahnya mulai menurun. Demonstrasi terus berlanjut hingga Presiden Soeharto mundur dari jabatannya.

Reformasi dan Mundurnya Presiden Soeharto

Serangkaian peristiwa sejak 12-15 Mei 1998 membawa dampak besar dalam perpolitikan Indonesia.

Mahasiswa yang terus menerus demonstrasi di Gedung DPR RI menyampaikan agar MPR RI segera menggelar sidang istimewa untuk melengserkan Soeharto.

Puncaknya, pada 21 Mei 1998 Soeharto resmi mundur dari jabatannya sebagai presiden dan menyerahkan kekuasaan kepada wakilnya, B.J Habibie.

Jumlah keseluruhan korban dalam kerusuhan Mei 1998 di berbagai wilayah Indonesia ditaksir mencapai 1.217 korban jiwa meninggal dunia, 91 orang luka, dan 31 orang hilang.

Korban meninggal dunia dalam kerusuhan Mei 1998 disebabkan berbagai kondisi, seperti terbakar, luka akibat senjata atau alat lain, hingga pembunuhan dan pemerkosaan.

Selain itu, terdapat 159 korban kekerasan seksual selama kerusuhan Mei 1998.

Halaman
  1. 1
  2. 2

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper