Bisnis.com, JAKARTA – Menteri pertahanan dan kepala intelijen Iran, Rusia, Turki, dan Suriah melakukan perbincangan sebagai bagian dari upaya untuk kembali membangun hubungan antara Turki dan Suriah setelah permusuhan akibat perang yang terjadi selama beberapa tahun.
Pembicaraan perdamaian tersebut dilakukan pada Selasa (25/4/2023).
Anggota aliansi NATO, Turki, telah memberi dukungan oposisi politik dan bersenjata terhadap Presiden Suriah Bashar al-Assad selama perang saudara yang terjadi 12 tahun, dan mengirim pasukannya sendiri ke utara negara itu.
Moskow merupakan sekutu utama dari Assad. Rusia telah mendorong rekonsiliasi dengan Ankara. Namun, Damaskus menuntut penarikan penuh pasukan Turki agar hubungan dapat dipulihkan.
Selama pembicaraan di Moskow dilakukan, para menteri dan dinas intelijen menekankan terkait keamanan di wilayah Suriah dan normalisasi hubungan antara Damaskus dan Ankara.
Melansir Reuters pada Rabu (26/4/2023), keempat negara yang terlibat pembicaraan tersebut menekankan kembali tujuan mereka untuk menjaga integritas teritorial Suriah dan kebutuhan untuk mengintensifkan upaya untuk segera mengembalikan pengungsi Suriah ke negara mereka.
Baca Juga
Sementara itu, pihak Kementerian Pertahanan Suriah mengungkapkan isi pembicaraan tersebut membahas perihal penarikan pasukan Turki dari Suriah.
Rencana tersebut bersamaan dengan dibukanya jalan raya strategis M4 yang membuka jalan bagi pemulihan perdagangan Suriah dengan negara tetangga.
Sebelumnya, menteri pertahanan Turki dan Suriah telah melakukan perbincangan di Moskow pada akhir tahun lalu dan menandai pertemuan tingkat tertinggi antara kedua negara terkait sejak perang dimulai.
Pejabat Suriah telah menegaskan berulang kali bahwa langkah-langkah menuju normalisasi hubungan antara Damaskus dan Ankara hanya dapat dilakukan setelah pihak Turki setuju untuk menarik ribuan pasukan tentara yang telah ditempatkan di barat laut yang dikuasai pemberontak.