Bisnis.com, JAKARTA - Pemerintah Irak meminta Turki untuk meminta maaf atas serangan pesawat tak berawak di sekitar bandara Sulaymaniyah di Irak Utara pada Jumat (7/4/2023).
Melansir dari Reuters, Kepresidenan Irak mengklaim Turki telah mengintimidasi warga sipil dan meminta Ankara, ibu kota dari Republik Turki untuk menghentikan permusuhan di Irak.
Sementara itu, Kepala urusan media asing untuk Pemerintah Daerah Kurdi (KRG), Lawk Ghafuri mengatakan serangan tersebut tidak menyebabkan kerusakan atau penundaan atau penangguhan penerbangan.
Turki pun membantah terlibat dalam insiden serangan tersebut dan menyatakan tidak ada operasi Angkatan Bersenjata Turki yang terjadi di wilayah tersebut.
Pasukan Demokratik Suriah (SDF) yang didukung AS juga mengeluarkan pernyataan bahwa pemimpinnya, Mazloum Abdi, berada di bandara pada saat dugaan serangan tersebut tetapi tidak ada kerusakan yang terjadi.
Sumber informasi yang dekat dengan pimpinan Persatuan Patriotik Kurdistan (PUK), partai yang menguasai wilayah Sulaimaniya dan dua pejabat keamanan Kurdi juga membenarkan soal keberadaan Abdi dan tiga personel militer AS yang ada di dekat bandara.
Baca Juga
Ketiga sumber yang enggan disebutkan namanya itu mengatakan tidak ada yang terluka atau tewas dalam insiden itu.
Seorang pejabat AS turut membenarkan adanya serangan dalam konvoi di daerah tersebut dan personel militer AS berada di dalamnya dan menyebut tidak ada korban jiwa.
Saat ini tidak ada perang antara Turki dan Irak. Namun, hubungan kedua negara telah tegang selama beberapa tahun terakhir karena beberapa isu, salah satunya kehadiran pasukan Turki di wilayah utara Irak untuk melawan militan Kurdi, yang menurut Turki terkait dengan kelompok pemberontak Kurdi di Turki.
Pemerintah Irak telah mengkritik kehadiran pasukan Turki dan menganggapnya sebagai pelanggaran kedaulatan Irak. Beberapa insiden militer terjadi di perbatasan antara kedua negara, tetapi tidak secara resmi menyebabkan perang terbuka.
Turki sendiri telah melakukan operasi militer selama beberapa dekade terhadap beberapa kelompok militan di Irak dan Suriah, termasuk milisi YPG Kurdi Suriah, ISIS, dan Partai Pekerja Kurdistan (PKK) yang dilarang.
PKK dianggap sebagai organisasi teroris oleh beberapa negara, termasuk Turki, Amerika Serikat, dan Uni Eropa.
Klaim serangan pesawat tak berawak di sekitar bandara Sulaymaniyah muncul beberapa hari setelah Turki menutup wilayah udaranya karena apa yang disebut aktivitas intensif oleh militan PKK di daerah tersebut.
PKK (Partai Pekerja Kurdistan) telah memimpin pemberontakan melawan negara Turki sejak 1984 dan dianggap sebagai organisasi teroris oleh Turki, Amerika Serikat, dan Uni Eropa karena terlibat dalam kekerasan dan tindakan terorisme.
PKK telah melakukan serangan bom dan pembunuhan terhadap polisi, militer, dan warga sipil di Turki dalam upaya untuk mencapai tujuannya yaitu memperjuangkan kemerdekaan bagi kurdi di Turki.