Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Menamas! Biden Mau Nyapres Lagi, Sekutu Putin Singgung soal Nuklir

Joe Biden mengatakan akan nyapres lagi. Rencana tersebut mendapat tanggapan yang tak begitu hangat dari sekutu Vladimir Putin.
Presiden  Amerika Serikat (AS) Joe Biden berbicara di Gedung Kantor Eksekutif Eisenhower di Washington, DC, AS, pada Kamis, 12 Januari 2023./Bloomberg
Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden berbicara di Gedung Kantor Eksekutif Eisenhower di Washington, DC, AS, pada Kamis, 12 Januari 2023./Bloomberg

Bisnis.com, SOLO - Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden telah mengumumkan jika dirinya akan kembali mencalonkan diri sebagai presiden pada pemilu tahun 2024.

Akan tetapi, rencana Joe Biden ini mendapatkan tanggapan yang tidak begitu hangat dari sekutu Vladimir Putin. Bahkan, sekutu Putin itu menyinggung masalah nuklir.

Dilansir dari The Moscow Times, mantan Presiden Rusia Dmitry Medvedev pada hari Selasa menyebut Joe Biden pikun dan "kakek yang putus asa" setelah presiden AS mengumumkan pencalonannya untuk pemilihan kembali pada tahun 2024.

"Biden telah mengambil keputusannya. Kakek yang putus asa," tulis Medvedev di Telegram tentang pemimpin AS berusia 80 tahun itu.

Dmitry Medvedev kemudian menyinggung soal nuklir. Menurutnya, jika dia merupakan bagian dari militer AS saat ini, maka Dmitry Medvedev akan membuat tas kerja dengan kode nuklir palsu.

"Jika saya berada di posisi militer AS, saya akan segera membuat tas kerja palsu dengan kode nuklir palsu jika dia menang untuk menghindari konsekuensi yang tidak dapat diperbaiki."

Biden pada hari Selasa mengumumkan jika dirinya akan "menyelesaikan pekerjaan" dan mengatakan dia berjuang untuk menyelamatkan demokrasi Amerika dari "ekstremis" Partai Republik.

Jika dia kembali terpilih, maka itu memungkinkan Biden untuk tinggal di Gedung Putih sampai usia 86 tahun. Biden akan menjadi presiden tertua yang masih menjabat.

Medvedev, yang merupakan wakil kepala  Dewan Keamanan Nasional Rusia, sering mengkritik Barat dalam omelan media sosialnya.

Wajar saja, hubungan AS-Rusia telah anjlok sejak dimulainya serangan Rusia di Ukraina pada Februari 2022 dan Washington telah menjadi pendukung militer dan keuangan utama Ukraina.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper