Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Benarkah Persediaan Nuklir Rusia Menipis?

Beberapa pengamat menyebutkan persediaan senjata nuklir Rusia justru menyusut dari tahun ke tahun.
Presiden Rusia Vladimir Putin. Sputnik/Pavel Bednyakov/Kremlin via REUTERS
Presiden Rusia Vladimir Putin. Sputnik/Pavel Bednyakov/Kremlin via REUTERS

Bisnis.com, JAKARTA - Invasi Rusia ke Ukraina menjadi ancaman global terutama bagi pihak barat dan sekutu.

Intimidasi nuklir juga didengungkan Rusia jika barat dan sekutu terlalu ikut campur dengan perangnya di Ukraina. Apalagi jika musuh melalukan agresi, Rusia tak segan akan memulai perang nuklir.

Seperti ketika Presiden Rusia Vladimir Putin mengumumkan bahwa Rusia akan menangguhkan partisipasinya dalam New START.

New START merupakan satu-satunya perjanjian pengendalian senjata nuklir AS-Rusia yang tersisa antara Amerika Serikat dan Rusia.

Pengumuman itu sekali lagi memungkinkan Kremlin untuk mempromosikan gagasan bahwa dukungan Barat terhadap Ukraina mendorong dunia menuju bencana nuklir.

Namun menurut laporan Kyiv Independent, terlepas dari semua kebisingan, ancaman dari Rusia ini tidak banyak berpengaruh pada postur nuklir global.

Penangguhan kesepakatan itu secara efektif memberi Kremlin hanya satu hal: alasan semi-sah untuk menghentikan inspeksi bersama cadangan nuklir, bagian penting dari New START yang ditandatangani pada 2010.

Dalam tiga tahun terakhir, Rusia berusaha menjauhkan inspektur Amerika. Dan alasan di balik itu kemungkinan besar bukan keinginan Moskow untuk meningkatkan tenaga nuklir.

Melainkan justru sebaliknya yaitu menyembunyikan skala pengurangan persenjataan nuklirnya. Stok nuklir Rusia secara bertahap menyusut selama bertahun-tahun.

Sistem pengiriman yang lebih tua dan hulu ledak yang diproduksi beberapa dekade lalu secara alami akan habis masa operasionalnya.

Dan produksi rudal baru, pembom strategis, atau sistem kapal selam pembawa nuklir saat ini tidak cukup kuat untuk mengimbangi pengurangan tersebut.

Menurut para ahli, penonaktifan senjata nuklir Rusia dimulai dan akan berlanjut hingga setidaknya tahun 2030-an.

Akan tetapi, menurut Kyiv Independent, Kremlin tentu tak mengakui penurunan ini, sebab senjata nuklir sebagai pusat upaya intimidasi dan propaganda perangnya, baik domestik maupun internasional.

Karena kurangnya inspeksi, hanya ada sedikit kepastian mengenai seberapa banyak tenaga nuklir yang diklaim Rusia benar-benar beroperasi.

AS dan komunitas internasional masih memiliki cara untuk mendapatkan perkiraan data tentang keadaan persediaan Rusia.

Namun di balik ketidakjelasan ini, Kremlin dapat terus meniru persamaan dengan AS atau bahkan mengklaim penumpukan nuklir, yang meningkatkan risiko perlombaan senjata nuklir baru.

Dan kemungkinan akan terus menggunakan kurangnya transparansi nuklir untuk menekan Barat, termasuk pada hal-hal seperti dukungan Barat terhadap Ukraina dalam perang.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Rendi Mahendra
Editor : Rendi Mahendra
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper