Bisnis.com, JAKARTA – Presiden Rusia Vladimir Putin menuding pejabat Ukraina menolak untuk bernegosiasi demi menghentikan konflik antara kedua negara.
Seperti dikutip dari Bloomberg, Minggu (25/12/2022), Putin menyatakan Rusia pada dasarnya siap untuk bernegosiasi demi mengakhiri konflik yang telah berjalan 11 bulan tersebut. Namun dia memberi catatan, bahwa dia hanya bersedia membahas hal-hal yang dapat diterima oleh Rusia.
“Bukan kami yang menolak negosiasi, tapi mereka… Kami siap membahas hal yang dapat diterima,” kata Putin.
Dia pun menegaskan bahwa tidak adanya pembicaraan untuk menghentikan perang, bukanlah semata-mata kesalahan Moskow.
Adapun, pada hari perayaan Natal, peringatan dari udara terdengar di seluruh Ukraina. Hal itu terjadi setelah jet tempur Rusia, termasuk yang mampu membawa rudal hipersonik, lepas landas dari dua pangkalan udara Belarusia, kata seorang pejabat angkatan udara Ukraina.
Sebelumnya, Putin menanggapi secara santai terkait dengan kunjungan Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky ke Gedung Putih belum lama ini. Putin bahkan sempat menawarkan untuk lekas berdamai dengan Ukraina dan mengakhiri perang.
Baca Juga
"Tujuan kami bukan untuk memutar roda konflik militer, tetapi sebaliknya, untuk mengakhiri perang ini. Kami akan berusaha untuk mengakhiri ini, dan tentu saja lebih cepat lebih baik," kata Putin.
Akan tetapi tawaran Putin itu tampaknya dipandang skeptis oleh Ukraina dan sekutunya. Mereka mengira, Putin menawarkan demikian karena Rusia sudah kalah dalam pertempuran.
Padahal jika Ukraina mau duduk bersama dan bernegosiasi, perdamaian bisa menjadi hadiah Natal bagi kedua negara dan dunia.
Alih-alih menyambut tawaran damai Putin dengan gembira. Zelensky justru memeringatkan jika Rusia kemungkinan memberikan 'hadiah' ke Ukraina dalam wujud serangan lanjutan.
Dalam pidato malamnya pada Jumat lalu setelah kembali dari perjalanan ke AS, Zelensky mengatakan jika hari raya Natal bisa menjadi momen munculnya kembali serangan Rusia.
"Dengan semakin dekatnya musim liburan, teroris Rusia dapat kembali meningkatkan aktivitas mereka. Mereka tidak menghargai nilai-nilai Kristen atau nilai apa pun dalam hal ini," ujarnya