Bisnis.com, JAKARTA - Rusia mulai memindahkan staf diplomatiknya dari Ukraina menyusul konflik yang semakin memanas antara kedua negara.
Kementerian Luar Negeri Rusia mengatakan pemindahan staf diplomat bertujuan untuk menjamin keselamatan dan melindungi hidup mereka.
"Untuk melindungi kehidupan dan keselamatan (para diplomat), pemerintah Rusia memutuskan mengevakuasi personel misi luar negeri Rusia di Ukraina," kata Kementerian Luar Negeri Rusia dalam sebuah pernyataan, Selasa (22/2/2022).
Menurut Kementerian Luar Negeri, para diplomat Rusia telah menerima ancaman. Kedutaan dan konsulatnya juga telah diserang berulang kali. "Ukraina telah jatuh lebih ke dalam kekacauan," kata pernyataan itu.
Sejumlah negara-negara Barat juga telah memindahkan kedutaan besarnya dari Kyiv ke kota Lviv dekat perbatasan Polandia. Beberapa bulan terakhir Amerika Serikat dan sekutu baratnya menyatakan Rusia merencanakan serangan ke Ukraina.
Pengumuman evakuasi datang tak lama setelah majelis tinggi parlemen Rusia memberi izin kepada Putin untuk menggunakan tentara Rusia di luar negeri. Pada Senin, Putin mengakui wilayah Donetsk dan Luhansk yang dikuasai separatis di Ukraina timur sebagai wilayah yang independen.
Putin juga menandatangani perjanjian dengan kelompok separatis Ukraina dan membuka pintu bagi kehadiran militer Rusia di Ukraina.
Ketegangan di perbatasan Rusia dengan Ukraina dalam beberapa hari ke belakang ini, memburuk menyusul adanya aksi oleh separatis pro-Rusia di kota Donetsk dan Luhansk. Amerika Serikat menilai langkah Rusia tersebut adalah suatu pertanda jika Moskow siap menyerang Kyiv, mengingat masih ada 150.000 lebih pasukan mereka di perbatasan.
Amerika Serikat juga menganggap pengerahan tentara Rusia sebagai operasi penjaga perdamaian di Ukraina timur adalah "omong kosong" dan pengakuan Moskow atas daerah yang memisahkan diri sebagai bagian dari dalih invasi ke Ukraina.
Pernyataan keras Washington itu disampaikan ke Dewan Keamanan PBB, Selasa, 22 Februari 2022. "Konsekuensi tindakan Rusia "akan mengerikan - di seluruh Ukraina, Eropa, dan di seluruh dunia," kata Duta Besar AS untuk PBB, Linda Thomas-Greenfield, pada pertemuan darurat dewan yang beranggotakan 15 orang.