Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Krisis Afghanistan: Kekacauan di Bandara Kabul di Tengah Evakuasi Warga

Kekacauan terjadi di Bandara Kabul, Afganistan lantaran munculnya ribuan warga dan pejabat negara Barat yang ingin kabur dan dievakuasi setelah Taliban mengambil alih pemerintahan negara tersebut.
Para anggota Taliban berdiri di luar Bandara Internasional Hamid Karzai di Kabul, Afghanistan, pada 16 Agustus 2021./Antara-Reuters
Para anggota Taliban berdiri di luar Bandara Internasional Hamid Karzai di Kabul, Afghanistan, pada 16 Agustus 2021./Antara-Reuters

Bisnis.com, JAKARTA – Kekacauan dilaporkan terjadi di luar bandara internasional Kabul ketika pemerintah bergegas untuk mengevakuasi warga keluar Afghanistan.

Militan Taliban yang mengendalikan akses ke bandara telah melepaskan tembakan ke udara untuk membubarkan massa yang mendekat. Sekitar 5.000 orang telah dievakuasi dalam 24 jam terakhir melalui bandara, yang dijalankan oleh pasukan AS dan dikerahkan secara khusus. Hal ini terjadi tiga hari setelah Taliban mengambil alih Afghanistan.

Dilansir dari bbc.com, seorang pejabat Barat mengungkapkan kondisi ketika ribuan orang tetap putus asa untuk pergi, termasuk warga Afghanistan yang membantu misi pimpinan Amerika Serikat (AS) di negara itu selama 20 tahun terakhir.

"Di luar sana [bandara] benar-benar sibuk dan kacau," ujarnya seperti dilansir dari BBC, Kamis (19/8/2021).

Pejuang Taliban yang ditempatkan di sekitar bandara Kabul dilaporkan tidak mengizinkan warga Afghanistan tanpa dokumen untuk masuk. Meski demikian, Taliban memungkinkan masuknya orang-orang dengan paspor AS ke dalam bandara.

Pengambilalihan wilayah oleh kelompok Taliban atas Kabul pada hari Minggu mengejutkan banyak pemerintah Barat. Staf di kedutaan Belanda telah menghadapi kritik setelah mengatakan mereka tidak punya waktu untuk memberi tahu rekan-rekan Afghanistan bahwa mereka akan pergi.

Mantan presiden serikat militer Belanda Anne-Marie Snels mengaku khawatir hanya ada sedikit waktu tersisa untuk mengevakuasi penerjemah dan staf lokal.

"Jika kita tidak berhasil dalam 48 hingga 72 jam ke depan, itu akan terlambat," ujarnya.

Puluhan pesawat dari sekitar 15 negara dilaporkan telah dikirim ke Kabul untuk membantu evakuasi. Pesawat Amerika, Prancis, Belanda, Jerman, Spanyol, dan Inggris, semuanya telah berangkat dalam beberapa jam terakhir.

Militer AS, yang berencana untuk mengevakuasi lebih dari 30.000 orang pada akhir bulan, menjaga landasan pacu dan telah mengambil alih kontrol lalu lintas udara.

Juru Bicara Pentagon John Kirby mengatakan asukannya melepaskan tembakan semalam sebagai bagian dari upaya pengendalian massa, tetapi tidak ada yang terluka. Menurutnya, 4.500 tentara AS saat ini berada di bandara, tetapi ratusan lainnya akan tiba dalam beberapa jam mendatang.

"Kami memiliki kewajiban untuk mengeluarkan sebanyak mungkin orang dari Afghanistan," kata Kirby,

Dia menambahkan bahwa AS bertujuan untuk meningkatkan kapasitas evakuasi menjadi lebih dari 5.000 orang per hari. Sekitar 11.000 warga AS tetap berada di negara itu, lapor kantor berita AFP.

Dua ribu orang telah dievakuasi oleh AS dalam 24 jam terakhir, termasuk 325 orang Amerika. Pemerintah negara Eropa seperti, Prancis, Jerman, Spanyol, Polandia, dan Republik Ceko, mengatakan mereka telah berhasil mengevakuasi beberapa warga mereka serta warga Afghanistan. Sekitar 700 warga negara Inggris dan Afghanistan diterbangkan pada hari Selasa.

“Inggris berusaha meningkatkan kecepatan dan kecepatan selama beberapa hari ke depan", kata Duta Besar Inggris, Laurie Bristow.


KETAKUTAN DAN KELEGAAN PENGUNGSI
Seorang pekerja bantuan Inggris mengatakan kepada BBC bahwa dia merasa beruntung bisa melarikan diri.

"Landasan pacu penuh sesak dengan ratusan keluarga Afghanistan yang berharap bisa keluar," kata Kitty Chevallier.

Dia menambahkan bahwa dia menyadari betapa beruntungnya dia lantaran telah dibantu. Di saat yang sama, orang lain termasuk teman dan kolega tetap terdampar di Afganistan.

Krisis yang sedang berlangsung telah mendorong seruan yang lebih luas bagi negara-negara Barat untuk memukimkan kembali para pengungsi Afghanistan.

"Kami tidak dapat meninggalkannya (rekan-rekan Afghanistan) dan kami melakukan segala yang kami bisa untuk memberikan mereka perlindungan," kata kepala kebijakan luar negeri Uni Eropa Josep Borrell, pada Rabu (18/08/2021).

Menteri Dalam Negeri Jerman Horst Seehofer mengatakan di antara sejumlah pemimpin Eropa yang memperingatkan masuknya pengungsi dari Afghanistan. Data menunjukkan antara 300 ribu dan lima juta pengungsi Afganistan bisa menuju ke Eropa.

Inggris telah mengatakan akan menampung 20.000 pengungsi Afghanistan selama beberapa tahun ke depan. Sementara itu, Menteri Dalam Negeri Austria Karl Nehammer mengatakan pada hari Rabu bahwa tujuannya adalah untuk menjaga sebagian besar orang di wilayah tersebut.

Di sisi lain, Presiden Prancis Emmanuel Macron mendapat kecaman dari para penentang karena mengatakan Eropa harus menyusun inisiatif kuat untuk menggagalkan migrasi ilegal.

Dia menuduh para kritikus memutarbalikkan komentarnya dan mengatakan Prancis melakukan dan akan terus melakukan tugasnya untuk melindungi mereka yang berada dalam bahaya paling besar.

Sumber: bbc.com

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper