Bisnis.com, JAKARTA - Sedikitnya 40 orang telah tewas dan puluhan lainnya terluka dalam serangan bom di sebuah sekolah ketika banyak pelajar sedang meninggalkan sekolah mereka di lingkungan yang sebagian besar dihuni kelompok Muslim Syiah di Kabul, Afganistan.
Penduduk setempat mengatakan mereka mendengar banyak ledakan tepat ketika anak perempuan meninggalkan kelas di sekolah Sayed ul-Shuhad di ibu kota Afganistan untuk kembali ke rumah dan berbuka puasa Ramadan. Sebagian besar korban tampaknya adalah pelajar.
Serangan itu menghantam sekolah menengah gabungan anak perempuan dan laki-laki, yang belajar dalam tiga shift dan shift yang kedua untuk siswa perempuan, ujar Najiba Arian, juru bicara Kementerian Pendidikan.
Gambar dari lokasi serangan menunjukkan tas ransel berlumuran darah dan buku-buku tergeletak di seberang jalan di luar sekolah seperti dikutip TheGurdian.com, Minggu (9/5/2021).
Asap terlihat membubung di lingkungan sekitar. Di rumah sakit kota, orang tua sibuk mencari anak-anak mereka di daftar korban. Beberapa di antara mereka berkabung di samping mayat yang berbaris di sepanjang koridor. Ambulans terlihat bergegas untuk mengevakuasi korban yang terluka dari lokasi ledakan.
Juru bicara Kementerian Dalam Negeria Tariq Arian, seperti dikutip Aljazeera.com, mengatakan sedikitnya 52 orang terluka dalam ledakan itu. Akan tetapi dia tidak memerinci penyebab atau target ledakan tersebut.
Ghulam Dastagir Nazari, juru bicara Kementerian Kesehatan, mengatakan sejauh ini 46 orang telah dibawa ke rumah sakit.
Akibat insiden itu, Kabul dilaporkan dalam siaga tinggi sejak Washington mengumumkan rencana bulan lalu untuk menarik semua pasukan AS pada 11 September. Para pejabat Afghanistan mengatakan Taliban telah meningkatkan serangannya di seluruh negeri. Hanya saja tidak ada kelompok yang mengaku bertanggung jawab atas ledakan itu.
Presiden Afganistan Ashraf Ghani mengeluarkan pernyataan yang mengutuk serangan tersebut. Dia menyalahkan Taliban, namun kelompok itu membantahnya karena tidak ada bukti.
"Taliban, dengan meningkatkan perang dan kekerasan tidak sah mereka sekali lagi telah menunjukkan bahwa mereka tidak hanya enggan untuk menyelesaikan krisis saat ini secara damai dan fundamental, tetapi dengan memperumit situasi," kata Ghani.