Bisnis.com, JAKARTA - Para pemimpin Iran menghadapi desakan agar memecat para pejabat yang bertanggungjawab atas penembakan pesawat terbang Ukraina yang menyebabkan 176 orang meninggal dunia setelah militer mengaku menembak jatuh pesawat itu meskipun sempat membantahnya.
Seruan itu disampaikan oleh warga Iran dalam demonstrasi pada Sabtu (11/1/2/2020) hingga kemarin yang dihadiri oleh ribuan orang dari berbagai elemen masyarakat, terutama mahasiswa di Ibu Kota, Teheran.
Mereka juga menuntut jawaban atas mengapa pihak berwenang tidak mengaku sejak awal bahwa mereka telah membuat kesalahan fatal, tetapi justru berusaha menepis tudingan yang muncul.
Mereka menuduh para pejabat sebagai "pembohong" karena telah membantah tudingan bahwa pihaknya telah sengaja menembak jatuh pesawat penumpang dari maskapai Ukraina tersebut.
Rekaman video yang diunggah menunjukkan banyak mahasiswa menolak menginjak gambar bendera Amerika Serikat dan bendera Israel di jalan di lingkungan kampus sebagai bentuk pembangkangan terhadap pemerintah Iran.
Sementara itu, sejumlah surat kabar meliput acara doa bersama untuk para korban di Teheran dan kota-kota lain pada Sabtu malam (11/1/2020) dan turun dengan judul berita seperti "Malu" dan "Tak termaafkan".
Baca Juga
Presiden Amerika Serikat Donald Trump mengunggah dukungan bagi pengunjuk rasa yang "menginspirasi" melalui akun Twitter pribadinya. Pada Sabtu (11/1/2020), Iran mengakui "tak sengaja" menembak jatuh sebuah pesawat, tiga hari setelah kecelakaan yang menewaskan 176 orang.
Pesawat dengan nomer penerbangan PS752 dengan tujuan Kyiv, ditembak jatuh pada Rabu dekat Bandara Imam Khomeini Airport di Teheran tak lama setelah lepas landas, dan hanya beberapa jam setelah Iran menembakkan misil ke dua pangkalan udara tentara AS di Irak.
Serangan tersebut merupakan tanggapan Iran terhadap pembunuhan komandan Iran Qasem Soleimani dalam serangan udara yang dilancarkan AS di Baghdad pada 3 Januari.
Puluhan warga negara Iran dan Kanada, dan juga Ukraina, Inggris, Afghanistan, dan Jerman tewas dalam kecelakaan pesawat tersebut seperti dikutip BBC.com, Senin (13/1/2020).
Pengguna media sosial juga turut mengekspresikan kemarahan terhadap tindakan pemerintah. Salah satunya menyebut di Twitter: "Saya tidak akan memaafkan otoritas negara saya, orang-orang yang ada di tempat kejadian dan telah berbohong."