Bisnis.com, JAKARTA - Amerika Serikat (AS) menyambut baik pembelian kembali atas produk pertaniannya oleh China sambil mempertahankan ancaman kenaikan tarif pada saat kedua negara menyiapkan landasan bagi perundingan dagang yang selama ini mengalami kebuntuan.
Para pejabat setingkat direktur kedua negara akan bertemu dalam beberapa hari di Washington menjelang pembicaraan antara para perunding utama pada awal Oktober.
Mereka berupaya meredakan pertikaian yang selama lebih dari setahun telah mengguncang pasar keuangan dan memicu kekhawatiran resesi global.
Para negosiator tingkat atas terakhir bertemu di China pada bulan Juli lalu.
Washington mendesak China untuk mengakhiri kebijakan termasuk subsidi industri dan transfer teknologi secara paksa. Sedangkan, China membutuhkan perubahan struktural untuk memenuhi tuntutan AS tersebut.
Perang dagang telah berdampak pada ekonomi global. Dana Moneter Internasional kemarin memperkirakan bahwa perang tarif AS dan China akan mengurangi PDB global pada tahun 2020 sebesar 0,8 persen dan memicu lebih banyak kerugian setelahnya.
Baca Juga
Saham global naik setelah kedua belah pihak membuat konsesi menjelang pembicaraan. Importir China membeli sedikitnya 600.000 ton kedelai AS untuk pengiriman Oktober-Desember.
Pembelian itu tergolong paling signifikan di negara itu setidaknya sejak Juni, menurut seorang para pedagang AS yang mengetahui transaksi itu seperti dikutip Reuters, Jumat (13/9/2019).
Pembelian itu terjadi setelah Presiden Donald Trump menunda kenaikan tarif untuk barang-barang China selama dua minggu. Sementara, China membebaskan tarif beberapa obat-obatan AS dan barang-barang lainnya.
Saat menyambut tawaran China, Menkeu AS Steven Mnuchin berusaha untuk meredam optimisme di pasar bahwa gerakan itu akan mengarah pada kesepakatan perdagangan.
Dia mengatakan kepada CNBC bahwa Trump siap untuk mempertahankan atau bahkan menaikkan tarif impor Cina dan bahwa Beijing telah meminta lebih banyak konsesi di luar penghapusan tarif.
Sedangkan, Wall Street Journal melaporkan bahwa China berusaha mempersempit ruang lingkup negosiasi untuk masalah perdagangan dengan mengecualikan masalah keamanan nasional.